Strategi Berhenti Berpikir/Thought Stopping

STRATEGI BERHENTI BERPIKIR (THOUGHT STOPPING)
Oleh : AMAR FARUQ,S.Pd
(Guru BK MIS Kemenag Gresik Jawa Timur)



       Teknik thought stopping merupakan salah satu teknik dalam pendekatan konseling kognitif behavioral yang dapat digunakan untuk mengubah pikiran negatif seseorang menjadi pikiran yang positif. Pikiran yang positif dapat memunculkan tingkah laku positif.
        Thought stopping merupakan keterampilan memberikan instruksi kepada diri sendiri (swaperintah) untuk menghentikan alur pikiran negatif melalui penghadiran rangsangan atau stimulus yang mengagetkan. Mengapa diperlukan stimulus yang mengagetkan, didasarkan pada pandangan bahwa pikiran itu ketika beroperasi akan berjalan seperti aliran sungai. Aliran pikiran ini dapat dibuyarkan atau dihambat jalannya sehingga terputus melalui cara pemblokiran. Secara sederhana dapat diberikan contoh yang biasa terjadi pada orang yang sedang melamun. Ketika melamun, kita terbawa oleh aliran angan-angan. Begitu ada yang mengagetkan, misalnya: ada yang menegur, ”Heh ngelamun aja!” atau ada yang mendorong punggung kita dengan mengatakan, ”Harri giinih ngelamunria” maka kita kembali pada kesadaran, melamun tidak berlanjut. Begitu kan menurut pengalaman Anda? Demikian halnya dengan pikiran negatif yang mengganggu seseorang. Pemunculannya dapat diblokir atau dikacaukan alirannya dengan instruksi ”TIDAK” atau ”STOP”. Maksudnya setiap muncul pikiran negatif yang mengganggu yang menimbulkan masalah emosional dan perilaku dapat kita hentikan dengan menyengaja menghentikan dengan mengatakan tidak atau stop pada diri kita sendiri. Jika hal itu dilatihkan dan dilakukan berulang-ulang, maka akan terbentuk semacam mekanisme kendali pada diri kita setiap kali muncul pikiran negatif. Pikiran negatif itu dengan serta merta berhenti dan tidak mengganggu emosi dan kewajaran perilaku kita lagi.

       Ada dua macam cara menghentikan pikiran negatif: overt dan covert. Cara yang pertama menghentikannya dengan mengucapkan (bersuara) kata-kata ”STOP” atau ”TIDAK”, sedangkan yang ke dua dengan isyarat atau niatan batin saja. Melalui isyarat, misalnya dengan menepuk atau mencubit anggota tubuh tertentu. Keduanya juga dapat diterapkan secara bersama, kata-kata dan isyarat.
Untuk sampai pada tinagkat terampil dan efektif penggunaannya kita bisa melatihnya. Langkahnya mulailah dengan menciptakan keadaan rileks. Bila kondisi rileks tercapai mulailah munculkan pikiran negatif yang selama ini sering muncul dan mengganggu Anda. Biarkan beberapa saat pikiran itu menari-nari di panggung pikiran Anda. Kemudian ucapkanlah kata ”STOP” diikuti isyarat ke tubuh dengan niat menghentikan pikiran itu. Lakukan hal ini berulang-ulang sehingga menjadi siap pada saat diperlukan. Selamat mencoba.
Strategi Berhenti Berfikir (Thought Stopping) ini digunakan untuk membantu ketidakproduktifan kontrol seseorang atau kalahnya pikiran dan gambaran-gambaran dari diri sendiri dengan cara menekan atau menghilangkan kesadaran-kesadaran negatif tersebut. Berhenti berfikir sering kali juga untuk klien yang terlalu terpaku dengan kejadian-kejadian masa lalu yang tidak dapat diubah (menangisi nasi yang telah jadi bubur ): klien yang menyesali kejadian-kejadian yang tidak mungkin terjadi; klien yang terikat oleh fikiran negatif yang selalu berulang-ulang dan sangat tidak produktif atau kegelisahan yang berulang-ulang atau gambaran-gambaran yang selalu menyalahkan diri sendiri.
Berhenti berpikir (Thought Stopping) ini sering digabungkan dengan strategi lain, (Rooney:1974) menyatakan bahwa Thought Stopping memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah mudah dikelola, biasanya gampang dimengerti oleh klien dan siap digunakan oleh klien dalam pengaturan sikap diri sendiri. Strategi berhenti berpikir (Thought Stopping ) ini memiliki 6 (enam) komponen utama, diantaranya :
  1. Rasional
  2. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh konselor  ( Overt Interuption )
  3. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien ( Overt Interuption )
  4. Berhenti berpikir yang diarahkan oleh klien ( Overt Interuption )
  5. Pergantian kepada pikiran-pikiran yang asertif, positif (Netral)
  6. Pekerjaan rumah dan tindak lanjut

Dibawah ini dibahas enam komponen di atas :
1.     Rasional
Pertama-tama konselor akan menerangkan rasional Thought Stopping ini. Sebelum memakai strategi ini, klien harus sadar akan pikiran-pikirannya yang mengalahkan dirinya yang sering muncul. Wolpe (1982) menyatakan bahwa konselor harus menunjukkan bagaimana pikiran klien yang mengganggu (gagal) dengan cara apa klien dapat keluar dari masalah itu tanpa diganggu oleh pikiran-pikiran itu.
Berikut ini adalah contoh cara yang dapat digunakan olrh konselor untuk menjelaskan tujuan dari Thought Stopping :
“ Anda tadi mengatakan bahwa anda terganggu oleh pikiran-pikiran yang sebentar-bentar muncul seperti ........... “ pikiran-pikiran tersebut menghabiskan banyak energi dan benar-benar tidak perlu, tentunya anda akan merasa lebih baik jika anda tidak terus  menertus memikirkan tentang hal ..... itu tadi. Nah ! prosedur ini dapat membantu anda untuk bekerja menghilangkan kebiasaan berpikir seperti itu. Bagaimana menurut anda ? “.
Jika klien bersedia untuk mencoba menggunakan Thought Stopping, konselor harus menjelaskan prosedur tersebut tanpa memperagakan secara terlalu jelas kepada klien tentang bagaimana cara menghentikan pikiran itu, sebab pada “kenyataannya awal “ inilah untuk sangat efektif. Selanjutnya konselor dapat berkata :
“ Nah saya akanmeminta anda untuk duduk relax dan membicarakan pikiran-pikiran ini kedalam benak kamu, kemudian anda memberi tahu saya jika pikiran-pikiran itu muncul seperti ......... tadi, saya akan mengintrupsi kamu, selanjutnya saya nanti akan mengajari anda tentang bagaimana cara membubarkan rentetan pikiran itu sehingga anda dapat melakukannya kapanpun jika sewaktu-waktu pikiran itu muncul.
2.     Berhenti berpikir / Thought Stopping yang diarahkan oleh konselor ( Overt Interuption Conselour)
Pada tahap ini konselor yang bertanggung jawab untuk mengintrupsi pikiran. Intrupsi ini terbuka (Overt), yaitu dengan mungucapkan kata “ stop” yang keras, dapat pula disertai dengan tepukan tangan, mengetuk meja atau dengan siulan. Awal mula klien diperintahkan untuk menyatakansemua pikiran-pikirannya secara keras. Kata-kata (verbalisasi) tersebut memungkinkan konselor untuk menentukan pernyataan yang mana, yang tepat untuk dihentikan, seperti contoh berikut :
a.  Konselor meminta klien untuk duduk bersandar (relax) dan membicarakan semua pikiran ini masuk kedalam benak (alam pikiran) ........... Duduklah bersandar dengan relax dan biarkan pikiran-pikiran kamu itu masuk kedalam alam pikiranmu”
b.  Konselor meminta klien untuk mengungkapkan dengan kata-kata secara keras tentang pikiran-pikiran tersebut. Jika muncul ........ “ Kapanpun anda mulai berpikir apa saja sampaikan pada saya “
c.   Pada saat klien mengungkapkan pikiran-pikiran yang menyalhkan diri (self defeating), konselor mengitrupsi dengan eras kata “stop”,dan dapat disertai tepuk tangan, siulan, atau menepuk meja.
d.  Konselor menunjukkan intrupsi bagaiman yang tidak terduga tadi adalah efektif dalam menghilangkan pikiran-pikiran negatif..
e.  “Mungkin anda sadar bahwa pada saat saya berkata “dtop” dalam mengintrupsi anda, maka pikiran-pikiran yang negatifn/yang merusak dirimu itu berhenti dan tidak berlanjut seperti biasanya......”
Pada saat ini adalah sangat efektif bagi konselor untuk menunjukkan bagaiman klien dapat belajar mengontrol pikirannya.

3.     Berhenti berpikir/Thought Stopping yang diarahkan oleh klien (Overt Intruption Client)
Setelah kita belajar untuk mengontrol pikiran negatifnya sebagai respon dari intrupsi konselor tadi, maka klien menerima tanggung jawab untuk mengintrupsinya sendiri. Pertama klien mengarahkan diri sendiri seperti yang telah diarahkan oleh konselor tadi. Tahap ini berlangsung seperti berikut :
a.  Klien dengan sengaja mengaktifkan pikiran-pikirannya tentang apapun dan membicarakan segala macam pikiran ini masuk kedalam alam pikirannya.
b.  Konselor meminta klien untuk mengatakan “stop” dengan keras kapanpun bila klien menemukan pikiran-pikiran yang negatif...... “ kali anda dapat mengarakan diri anda sndiri, apabila muncul pikiran-pikiran yang negatif tadi intrupsilah sendiri dengan kata “stop” yang keras .......”

4.     Berhenti berpikir/Thought Stopping yang diarahkan oleh klien (Covert Intruption)
Pada beberapa kasus, rasanyatidak praktis dan bijaksana bagi klien untuk mengintrupsi diri secara terbuka. Bayangkan saja apabila klien berada ditempat umum, di bus tiba-tiba berteriak “stop”!. Oleh sebab itu pada tahap berikut ini semua juga seperti tahap sebelumnya ini :
a.  Klien membiarkan pikiran-pikirannya masuk kedalam alam pikirannya.
b.  Ketika klien akan menitrupsi dengan kata-kata “stop” cukup dalam hati saja(covert)

5.     Pergantian dari pikiran asertif, positif/netral
Untuk mengurangi kegelisahan yang masih tersisa, menyarankan agar klien untuk memikirkan pikiran-pikiran yang lebih asertif, jika telah mengintrupsi pikiran-pikiran negatifnya, karena diasumsikan bahwa tingkah laku yang asertif ini dapat mencegah kecemasan, kegelisahan, walaupun klien tidak belajar untuk menekan pikiran yang tidak dikehendaki tadi,(Arrick:1981)
Pada dasarnya klien diajarkan untuk mengganti pikiran-pikiran ke respon asertif setelah di intrupsi. Respon ini mungkin dapat kontradiksi dengan isi dari pikiran negatifnya. (catatan : seperti Coping Thought pada restrukturing cognitif). Berikut ini contoh langkah-langkah dalam mengajarkan klien :
a.  Konselor ,menerangkan tujuan dari menekan yang berbeda untuk pikiran yang negatif/tidak produktif.
b.  ............”Untuk menghentikan pikiran kamu yang ........, tadi itu, akan membantu kamu apabila kamu menggantinya dengan jenis pikiran lain yang tidak berhubungan dengan persoalan kamu (coping thought). Prosedur bagian ini akan membantu kamu belajar berpindah ke pikiran lain setelah kamu menghentikan pikiran yang negatif (selt defiating) tadi.
c.   Konselor dapat memberikan contoh yang dapat mengganti setelah menghentikan pikiran yang negatif (self-defiating). Selanjutnya konselor meminta klien untuk mempraktekkan dengan suara yang keras. “.................setelah anda memberi tanda “stop” kepada diri anda sendiri, gantilah pikiran kamu dengan sesuatu yang positif (lihat contoh coping thought) kemudian anda nanti memikirkan tentang hal itu dan dapat dilakukan dari waktu ke waktu dengan suara yang keras.
d.  Berikutnya klien diminta untuk mempraktekkan pergantian ini setelah klien mentrupsi diri secara terbuka (overt intruption)
e.  Setelah klienmelatihnya dengan cara tertutup (covert intruption)
f.    Klien didorong terus agar berlatih mengganti pikiran asertif, positif/netral sampai beberapa kali. Setiap kali pikiran yang diganti harus berbeda-beda sehingga pengulangan-pengulangan terhadap satu pikiran tidak muncul

6.     Pekerjaan Rumah dan Tindak lanjut
PR ini diperlukan agar klien terus berlatih, dan dapat menguatkan kontrol klien dalam menghentikan pikiran yang negatif(self-defiating) jika sewaktu-waktu muncul. Rekaman pikiran klien tentang pesan “stop” dari konselor tadi dapat digunakan untuk latihan penguatan kontrol pikiran, lambat laun penggunaan rekaman pesan diwaktu latihan seperti itu akan tidak diperlukan lagi, seperti strategi yang lain. Maka berhenti berpikir/Thought Stopping ini harus dijadwalkan

Daftar Pustka :
Brammer, L. M dan Everett L.S, 2001, Therapiutic Psycology: Fundamentalsof Counceling
                    and Psycoterpy,Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Ine  
Burns, D.D 1988. Terapi Cognitif: Pendekatan Baru Bagi penanganan Depresi (Alih Bahasa Santosa)
                    Jakarta:Erlangga 
George R.I.R, dan Cristiani, TS. 2001 Theory, Methods, and Process Of Counseling and Psychoterapy
                    Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall 

Share:

Related Posts:

No comments:

Popular Posts