Teori Terapi Gestalt

TERAPI GESTALT
Oleh : AMAR FARUQ, SPd
(Guru BK MIS Kementerian Agama Gresik Jawa Timur)


A. Latar Belakang
Psikologi Gestalt, yang didirikan oleh Max Wertheimer, merupakan kelanjutan dari pemberontakan terhadap molekularisme program Wundt terhadap psikologi, yang menuai simpati banyak orang pada waktu itu, termasuk di dalamnya William James. Kata Gestalt bermakna keseluruhan yang bersatu atau penuh makna, yang malah fokus pada kajian psikologis.

B. Frederick S Fritz Perls (1893-1970) : Tokoh Utama Terapi Gestalt
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls adalah bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu menemukan jalan hidupnya sendiri dan menerima tanggung jawab pribadi jika mereka berharap mencapai kematangan. Terapi gestalt berfokus pada apa dan bagaimana-nya tingkah laku dan pengalaman disini dan sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.

Tugas utama terapis adalah membantu klien agar mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri merasakan dan mengalami saat sekarang. Oleh karena itu terapi Gestalt pada dasarnya non interpratatif dan sedapat mungkin, klien menyelenggarakan terapi sendiri.

C. Hakekat Manusia
1. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan Gestalt tentang manusia berakar pada filsafat eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep seperti perluasan kesadaran penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah dalam terapi sampai klien menjadi cukup kuat untuk menunjang pertumbuhan pribadinya sendiri.

Pandangan gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk berbagai cara menghindari masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan interuensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan pertumbuhannya. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.

2. Saat sekarang
Bagi Perls, tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka saat sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt adalah penekanannya pada disini dan sekarang serta pada belajar menghargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang. Ketika membicarakan “etos saat sekarang” Polster dan Polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “Kekuatan ada pada saat sekarang”.
Pandangan mereka adalah “Kebenaran yang paling sulit diajarkan bahwa hanya sekaranglah yang ada dan bahwa menyimpang darinya berarti menyimpang dari kualitas hidup yang ada pada kenyataan” (Polster dan Polster,1973, hlm 7). Terapis Gestalt secara aktif menunjukkan bagaimana klien bisa dengan mudah lari dari saat sekarang dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sasaran Perls adalah membantu orang-orang membuat hubungan dengan pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu. Perls yakin bahwa orang-orang cenderung bergantung pada masa lampau untuk membenarkan ketidaksediannya memikul tanggung jawab atas dirinya sendiri dan atas pertumbuhannya. Perls melihat sebagian besar orang mendapat kesulitan untuk tinggal pada saat sekarang. Mereka lebih suka melakukan sesuatu yang lain dari pada menjadi sadar betapa mereka telah mencegah diri sendiri menjalani hidup sepenuhnya.

3. Urusan Yang Tak Selesai
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentang urusan yang tak selesai, yakni mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkap seperti dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati. Kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya.

Urusan yang tak selesai itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkap itu. Ketika berbicara tentang pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai, Polster dan Polster (1973, hlm. 36) mengatakan, “Arah-arah yang tak selesai itu mencari penyelesaian dan apabila arah-arah tersebut memperoleh cukup kekuatan, maka individu disulitkan oleh pikiran yang tak berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian, energi yang menekan, dan banyak perilaku mengalahkan diri”. Bagaimana urusan yang tak selesai membentuk pusat keberadaan seseorang, maka semangat pemikiran orang itu menjadi terhambat. Idealnya, orang yang tak terhambat memiliki kebebasan untuk terlibat secara spontan dengan apa saya yang diminatinya sampai minatnya itu terpuaskan dan sesuatu yang lain mengundang perhatiannya. Itu adalah suatu proses yang alamiah. Orang yang hidup menurut irama ini merasa dirinya lues, terbuka dan efektif (Polster dan Polster, 1973, hlm.37).

Menurut Polster dan Polster, terdapat dua kutub penghalang yang menghambat proses. Yang satu adalah obsesi atau kompulsi yang mengarah pada suatu kebutuhan yang kaku untuk menyelesaikan urusan yang tak selesai. Yang lainnya adalah pengalaman belalang yang fokusnya begitu cepar berlalu sehingga penyelesaiannya menjadi terhambat. Dalam pandangan Perls, rasa sesal menjadikan individu terpaku, yakni dia tidak bisa mendekati atau terlibat komunikasi yang otentik sampai dia mengungkapkan rasa sesalnya itu. Jadi menurut Perls, pengungkapan rasa sesal itu merupakan suatu keharusan. Rasa sesal yang tidak terungkapkan acap kali berubah menjadi perasaan berdosa

4. Pengingkaran
a. Sarana menghindarkan diri dr menghadapi tugas yg blm selesai dan pengalaman yang tdk mengenakkan
b. Sebagian besar orang > suka menghindarkan diri dari pengalaman emosi yg menyakitkan daripada berbuat sesat yg diperlukan untuk mendapat perubahan
c. Sulit membebaskan diri diri kesulitan, memblokir kemungkinan mereka untuk tumbuh

5. Lapisan Neurosis
Menyamakan pembeberan kepribadian orang dewasa dengan pengulitan bawang merah (mengupas lima lapisan neurosis : pura-pura (latah tdk otentik, hayal), fobia (menghindar dr kepedihan emosional dengan melihat aspek yg ada dalam diri untuk diingkari), buntu (terpaku dlm proses pendewasaan diri), implosif (menghayati kematian, bukan mengingkari atau melarikan diri), eksplosif (melepaskan peranan semu dan kepura-puraan, ledakan menuju kepedihan atau keceriaan).

6. Kontak Serta Resistensi Terhadap Kontak
a. Bila kita mengadakan kontak dengan lingkungan, adanya perubahan tidak bisa dihindarkan
b. Kontak efektif, berinteraksi dengan org lain tanpa hrs menghilangkan rasa kepribadiannya
c. Kontak efektif, penyesuaian pribadi dengan lingkungan yang kreatif, dan pembaharuan tanpa henti
d. Bertindak mempertahankan diri yang kita kembangkan agar kita tidak menghayati masa kini scr penuh dan sesuai kenyataan (spt MPE, dlm hal ini
5 lapisan neurosis)

D. Tujuan Terapi Gestalt
Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani menghadapi berbagai macam tantangan maupun kenyataan yang harus dihadapinya. Sedangkan tujuan spesifik terapi ini adalah ;
a. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
b. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya.
c. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur diri sendiri.
d. Meningkatkan kesadaran individu agar klien dapat bertingkah laku menurut prinsip – prinsip Gestalt, semua situasi bermasalah yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik

E. Proses Terapiutik
Tujuan terapi Gestalt bukanlah penyesuaian terhadap masyarakat Sasaran utama terapi Gestalt adalah pencapaian kesadaran. Kesadaran dengan dan pada diri sendiri dipandang kuratif. Tanpa kesadaran, klien tidak memiliki alat untuk mengubah kepribadiannya. Dengan kesadaran, klien memiliki kesanggupan untuk menghadapi dan menerima bagian-bagian keberadaan yang diingkarinya serta untuk berhubungan dengan pengalaman-pengalaman subjektif dan dengan kenyataan. Klien bisa menjadi suatu kesatuan dan menyeluruh. Apabila klien menjadi sadar, maka urusannya yang tidak selesai akan selalu muncul sehingga bisa ditangani dalam terapi.
1. Prinsip kerja Konseling Gestalt
a. Penekanan Tanggung jawab Klien
b. Orientasi Sekarang dan di Sini
c. Orientasi Eksperiensial

2. Fungsi dan peran terapis
Terapi Gestalt difokuskan pada perasaan-perasaan klien, kesadaran atas saat sekarang, pesan-pesan tubuh, dan penghambat-penghambat kesadaran (Corey, 1995: 338). Sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembongkaran “hambatanhambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiri”. Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan
eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Terapis membantu kliennya agar menyadari dan menembus jalan buntu dengan menghadirkan situasi-situasi yang mendorong kliennya itu untuk mengalami keterpurukannya secara penuh. Perls yakin bahwa frustasi-frustasi itu perlu bagi pertumbuhan, sebab tanpa frustasi, orang tidak merasa perlu menggali sumber-sumber dirinya dan menyadari bahwa dia bisa memanipulasi dirinya sendiri sebaik manipulasi yang dilakukannya terhadap orang lai . jika tidak hatihati, maka terapis pun akan tersedot ke dalam manipulasi-manipulasi klien. Perls (1996 a hlm.36) mengemukakan bahwa cara untuk menghindari manipulasi yang mungkin dilakukan klien adalah membiarkan klien menemukan sendiri potensi-potensinya yang hilang. Tugas terapis adalah menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan mengonfrontasikan klien kepada titik tempat dia menghadapi suatu putusan apakah akan atau tidak akan mengembangkan potensi satu fungsi yang penting dari terapis Gestalt adalah memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya. Perls (1969a, hlm.54) mengatakan bahwa postur gerakan-gerakan, mimikmimik muka, keraguan dan sebagainya, dapat menceritakan kisah yang sesungguhnya. Ia mengingatkan bahwa komunikasi verbal sering mengandung kebohongan dan bahwa jika terapis terpusat pada isi, maka dia kehilangan esensi pribadi klien. Komunikasi yang nyata ada di seberang kata-kata.

Terapis Gestalt sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti : Apa yang dikatakan oleh mata anda ? jika saat ini tangan anda bisa bicara, apa yang akan dikatakannya ? Dapatkah anda melangsungkan percakapan antara tangan kanan dan tangan kiri anda ? Orientasi umum dari terapi Gestalt adalah pemikulan tanggung jawab yang lebih besar oleh klien bagi mereka sendiri, bagi pikiranpikiran,
perasaan-perasaan, dan tingkah laku mereka. Terapis mengonfrontasikan kliennya dengan cara-cara mereka sekarang menghindaritanggung jawab mereka serta  meminta mereka agar membuat keputusankeputusan tentang kelanjutan terapi. Tentang apa yang ingin mereka pelajari dari terapi dan tentang bagaimana mereka ingin menggunakanwaktu terapinya.
Persoalan-persoalan lain yang bisa dijadikan butir utama terapi bisa mencakup hubungan antara klien dan trapis serta cara-cara berhubungan yang digunakan oleh klien dengan terapis yang sama dengan yang digunakannya diluar pertemuan terapi.
Secara singkat peran terapis dalam konseling gestalt ini adalah ;
a. Menolong klien bisa mengadakan transisi dari dukungan eksternal menjadi dukungan internal dan ini dialkuakn denagn jalan menemukan lokasi impas. Impas yaitu titik di mana seseorang individu menghindar penghayatan perasaan yang mengancam oleh karenadia mearsa kurang nyaman.
b. Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien juga memberikan tekanan pada hubungan anatra pola bahasa dengan kepribadian (Corey, 1995: 339-340) Sementara klien dalam terapi Gestalt adalah partisipan-partisipan aktif yang membuat penafsiarn-penafsiran dan makna-maknanya sendiri. Merekalah yang mencapai peningkatan kesadaran dan yang menentukan apa yang akan dan tidak akan dilakukan dalam proses belajarnya.(Corey, 1995: 341-342)

3. Hubungan antara terapis dan klien.
Praktek terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan pribadi ke pribadi antara terapis dan klien. Yang penting adalah terapis secara aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang ketika dia menghadapi klien disin dan sekarang. Disamping itu, terapis memberikan umpan balik, terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Terapis harus menghadapi klien dengan reaksi-reaksi yang jujur dan langsung serta menantang manipulasi-manipulasi klien tanpa menolak kliensebagai pribadi (Corey, 1995: 344).

F. Teknik-teknik dan Prosedur Terapeutik
Teknik-teknik terapi Gestalt meliputi
1. Latihan Dialog
2. Berkeliling
3. Latihan saya Bertanggung Jawab
4. Bermain Proyeksi
5. Teknik Pembalikan
6 Tetap dengan Perasaan
7. Permainan Ulangan
8. Permainan melebih - lebihkan

Terapi Gestalt adalah lebih dari sekedar sekumpulan teknik atau “permainan-permainan”. Apabila interaksi pribadi antara terapis dan klien merupakan inti dari proses terapeutik, teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh kesadaran yang lebih penuh. Levitsky dan Peris (1970 : 144-149) menyajikan suatu uraian ringkas tentang sejumlah permainan yang bisa digunakan dalam terapi gestalt antara lain :
a.- Permainan dialog
Terapi gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang paling utama adalah pemisahan antara : “top dog” dan “underdog”. Teknik kursi kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Terapis meminta klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan peran sebagai “top dog” dan kemudian pindah ke kursi lain dan menjadi “underdog”.

b. Berkeliling
Adalah suatu latihan terapi gestalt dimana klien diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap anggota itu. Maksud teknik ini adalah untuk menghadapi,memberanikan dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru.

c.  Latihan saya bertanggung jawab atas …”
Dalam tahap ini, terapis meminta untuk membuat suatu pernyataan dankemudian menambahkan pada pernyataan itu kalimat “dan saya bertanggungjawab untuk ini”. Teknik ini merupakan perluasan kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu orang agar mengakui dan menerima perasaan-perasaan alih-alih memproyeksikan perasaan-perasaan atau kepada orang lain.

d. Saya memiliki suatu rahasia
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosadan  malu. Terapis meminta pada klien untuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi yang terjaga dengan baik. Membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana orang lain bereaksi jika mereka membuka rahasia itu.

e.  Bermain proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi” terapis meminta klien yang mengatakan “saya tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna menyingkapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya.

f. Teknik pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun kedalam suatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menimbulkan kecemasan dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Oleh karena itu, teknik ini bisa membantu para klien untuk mulai menerima atribut-atribut pribadinya yang telah dicoba diingkarinya.
g.  Permainan ulangan
Menurut Perls, banyak pemikiran kita yang merupakan pengulangan. Dalam fantasi, kita mengulang-ulang peran yang kita anggap masyarakat mengharapkan kita memainkannya. Ketika tiba saat menampilkannya, biasanya kita mengalami demam panggung atau kecemasan yakni kita takut tidak mampu memainkan peran kita itu dengan baik. Pengulangan internal menghabiskan banyak energi serga acap kali menghambat spontanitas dan kesediaan kita untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.

h- Permainan melebihi-lebihkan
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh, gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, dan mimic muka bisa mengomunikasikan makna-makna yang penting. Begitupun isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta untuk melebih-lebihkan gerakangerakannya atau mimik muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengitensifkan perasaan yang terpaut pada tingkah laku dan membuat makna bagian dalam lebih jelas.

i.  Tetap dengan perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada klien menunjukkan pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapis mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ingin menghindarinya itu.

j.  Pendekatan Gestalt terhadap kerja mimpi
Terapi gestalt tidak menafsirkan dan menganalisis mimpi, membawa kembali mimpi kepada kehidupan, menciptakan kembali mimpi. Konsep tentang proyeksi adalah dominant dalam teori perls tentang formasi mimpi. Menurut Perls setiap orang dan setiap obyek yang ada di dalam mimpi merepresentasikan aspek yang diproyeksikan oleh mimpi. Perls (1969a: 67) mengemukakan bahwa “kita bertolak dari asumsi yang mustahil bahwa
apapun yang kita yakini, kita lihat dalam diri orang lain atau dalam dunia
adalah tidak lain suatu proyeksi”. Pembahasan ringkas tentang kerja menangani mimpi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan pembaca kepada cara umum dimana mimpi-mimpi merupakan teknik yang berguna dalam terapi gestalt (Corey, 1995: 351-356).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan yang pentas dari teknik-teknik gestalt adalah :
1. Waktu
2. Jenis klien yang ditangani
3. Setting yang dihadapi.
Shepherd (1970 : 234 - 235) menghubungkan diri dengan faktor-faktor tersebut dan menggarisbawahi soal-soal yang direfleksikannya : “Pada umumnya terapi gestalt paling efektif menangani individu-individu yang disosialisasi secara berlebihan, terhambat dan mengerut yang sering dijabarkan sebagai neurotic, fobik, perfeksonistik, tidak efektif, despresif dan lain-lain yang fungsi psikologinya terbatas atau tidak konsisten. Terutama ditandai oleh restriksi-restriksi internalnya dan yang kesenangan hidupnya minimal. Sebagian besar upaya terapi gestalt karenanya diarahkan kepada orang-orang dengan ciri-ciri tersebut.
Share:

No comments:

Popular Posts

Recent Posts