• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

Kode Etik Konselor

KODE ETIK KONSELOR
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia Merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap profesional Bimbingan dan Konseling Indonesia.



B. DASAR KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

1. Pancasila, mengingat profesi bimbingan dan konseling merupakan usaha pelayanan terhadap sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara Indonesia yang bertanggung jawab.

2. Tuntutan profesi, yang mengacu pada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang berlaku.



II. KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR

A. KUALIFIKASI

1. Memiliki nilai, sikap, Keterampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang profesi bimbingan dan konseling.

a) Konselor wajib terus-menerus berusaha mengembangkan dan menguasai dirinya.

b) Konselor wajib memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.

c) Konselor wajib memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan seprofesi yang berhubungan dengan pelaksanaan ketentuan tingkah laku professional.

d) Konselor wajib mengusahakan mutu kerja yang tinggi dan tidak mengutamakan kepentingan pribadi termasuk material, finansial dan popularitas.

e) Konselor wajib trampil dalam menggunakan tekhnik dan prosedur khusus dengan wawasan luas dan kaidah-kaidah ilmiah



2. Memperoleh pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor.

a) Pengakuan Keahlian.

b) Kewenangan oleh organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya.



B. INFORMASI, TESTING DAN RISET

1. Penyimpanan dan penggunaan Informasi

a. Catatan tentang diri klien seperti; wawancara, testing, surat-menyurat, rekaman dan data lain merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan klien.

b. Penggunaan data/informasi dimungkinkan untuk keperluan riset atau pendidikan calon konselor sepanjang identitas klien dirahasiakan.

c. Penyampaian informasi tentang klien kepada keluarganya atau anggota profesi lain membutuhkan persetujuan klien.

d. Penggunaan informasi tentang Klien dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama atau yang lain dapat dibenarkan asalkan kepentingan klien dan tidak merugikan klien.

e. Keterangan mengenai informasi profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan menggunakannya.

2. Testing

Suatu jenis tes hanya diberikan oleh konselor yang berwenang menggunakan dan menafsirkan hasilnya.

a. Testing dilakukan bila diperlukan data yang lebih luas tentang sifat, atau ciri kepribadian subyek untuk kepentingan pelayanan.

b. Konselor wajib memberikan orientasi yang tepat pada klien dan orang tua mengenai alasan digunakannya tes, arti dan kegunaannya.

c. Penggunaan satu jenis tes wajib mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes tersebut.

d. Data hasil testing wajib diintegrasikan dengan informasi lain baik dari klien maupun sumber lain

e. Hasil testing hanya dapat diberitahukan pada pihak lain sejauh ada hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien



3. Riset

a. Dalam mempergunakan riset terhadap manusia, wajib dihindari hal yang merugikan subyek.

b. Dalam melaporkan hasil riset, identitas klien sebagai subyek wajib dijaga kerahasiannya.



C. PROSES PELAYANAN

1. Hubungan dalam Pemberian Pelayanan

a. Konselor wajib menangani klien selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien dengan konselor.

b. Klien sepenuhnya berhak mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling belum mencapai hasil konkrit.

c. Sebaliknya Konselor tidak akan melanjutkan hubungan bila klien tidak memperoleh manfaat dari hubungan tersebut.



2. Hubungan dengan Klien

a. Konselor wajib menghormati harkat, martabat, integritas dan keyakinan klien.

b. Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya di atas kepentingan pribadinya.

c. Konselor tidak diperkenankan melakukan diskriminasi atas dasar suku, bangsa, warna kulit, agama, atau status sosial tertentu.

d. Konselor tidak akan memaksa seseorang untuk memberi bantuan pada seseorang tanpa izin dari orang yang bersangkutan.

e. Konselor wajib memberi pelayanan kepada siapapun terlebih dalam keadaan darurat atau banyak orang menghendakinya.

f. Konselor wajib memberikan pelayan hingga tuntas sepanjang dikehendaki klien.

g. Konselor wajib menjelaskan kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas tanggung jawab masing-masing dalam hubungan profesional

h. Konselor wajib mengutamakan perhatian terhadap klien.

i. Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak saudara, teman-teman karibnya sepanjang hubunganya profesional.



D. KONSULTASI DAN HUBUNGAN DENGAN REKAN SEJAWAT

1. Konsultasi dengan Rekan Sejawat

Jikalau Konselor merasa ragu dalam pemberian pelayanan konseling, maka Ia wajib berkonsultasi dengan rekan sejawat selingkungan profesi dengan seijin kliennya.



2. Alih Tangan kasus

a. Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dengan klien bila dia menyadari tidak dapat memberikan bantuan pada klien.

b. Bila pengiriman ke ahli disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor menyarankan kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada orang atau badan yang punya keahlian yang relevan.

c. Bila Konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirm ke ahli lain, namun klien menolak pergi melakukannya, maka konselor mempertimbangkan apa baik dan buruknya.



III. HUBUNGAN KELEMBAGAAN

A. Prinsip Umum

1. Prinsip Umum dalam pelayanan individual, khususnya mengenai penyimpanan serta penyebaran informasi klien dan hubungan kerahasiaan antara konselor dengan klien berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan.

2. Jika konselor bertindak sebagai konsultan di suatu lembaga, Sebagai konsultan, konselor wajib tetap mengikuti dasar-dasar pokok profesi Bimbingan dan Konselor tidak bekerja atas dasar komersial.



B. Keterikatan Kelembagaan

1. Setiap konselor yang bekerja dalam suatu lembaga, selama pelayanan konseling tetap menjaga rahasia pribadi yang dipercayakan kepadanya.

2. Konselor wajib memepertanggungjawabkan pekerjaannya kepada atasannya, namun berhak atas perlindungan dari lembaga tersebut dalam menjalankan profesinya.

3. Konselor yang bekerja dalam suatu lembaga wajib mengetahui program kegiatan lembaga tersebut, dan pekerjaan konselor dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan lembaga tersebut.

4. Jika Konselor tidak menemukan kecocokan mengenai ketentuan dan kebijaksanaan lembaga tersebut, maka konselor wajib mengundurkan diri dari lembaga tersebut.



IV. PRAKTEK MANDIRI DAN LAPORAN KEPADA PIHAK LAIN

A. Konselor Praktek Mandiri

1. Konselor yang praktek mandiri (privat) dan tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan tertentu, tetap mentaati kode etik jabatan sebagai konselor dan berhak mendapat perlindungan dari rekan seprofesi.

2. Konselor Privat wajib memperoleh izin praktek dari organisasi profesi yakni ABKIN.



B. Laporan pada Pihak Lain

Jika Konselor perlu melaporkan sesuatu hal tentang klien pada pihak lain (seperti: pimpinan tempat dia bekerja), atau diminta oleh petugas suatu badan di luar profesinya, dan ia wajib memberikan informasi tersebut, maka dalam memberikan informasi itu ia wajib bijaksana dengan berpedoman pada suatu pegangan bahwa dengan berbuat begitu klien tetap dilindungi dan tidak dirugikan.



V. KETAATAN PADA PROFESI

A. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban

1. Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya, Konselor wajib mengaitkannya dengan tugas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sesuai kode etik untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.

2. Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk maksud mencari keuntungan pribadi atau maksud lain yang merugikan klien, atau menerima komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar.



B. Pelanggaran terhadap Kode Etik

1. Konselor wajib mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia mentaati kode etik.

2. Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa setiap pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan diri sendiri, klien, lembaga dan pihak lain yang terkait.
3. Pelanggaran terhadap kode etik akan mendapatkan.
Share:

AMAR FARUQ, S.Pd: Fungsi Bimbingan dan konseling

Share:

Fungsi Bimbingan dan konseling

Share:

Pengertian Bimbingan dan Konseling

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan, guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea. Bimbingan konseling berasal dari istilah guidance and counseling, kedua istilah ini mempunyai tekanan pengertian yang berbeda, walaupun keduanya merupakan suatu bentuk bantuan. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance, sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan. Namun untuk sampai pada arti yang sebenarnya, bahwa tidak semua bantuan itu bimbingan. Menurut year book of education dalam surya (1988:31) bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan potensinya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan social. Strang dalam van hoose dan pietrofesa (ed.) (1970:270) bahwa bimbingan adalah suatu proses bukan hasil akhir. Belajar bagaimana memecahkan problem lebih penting daripada pemecahan problem tertentu. Bimbingan adalah proses belajar. Menurut cow & Crow (1960:4) bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Konseling berasal dari bahasa asing yang berarti penyuluhan. Menurut surya (1988:49) konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam bimbingan.
Konseling besifat pribadi, hubungan langsung secara tatap mka antara dua orang yang seorang sebagai konselor yang dalam hubungan ini mempunyai kewenangan khusus dalam suatu situasi belajar bagi konseli (klien) yaitu seseorang yang masih termasuk normal, dia dibantu untuk mengetahui dirinya, keadaan sekarang maupun yang akan datang, sehingga ia dapat menggunakan sifat-sifat dan potensinya dengan sesuatu akan datang, sehingga ia dapat menggunakan sifat-sifat dan potensinya dengan sesuatu cara, akhirnya dapat menyenangkan dan memuaskan dirinya dan lingkungannya, dan lebih jauh dapat belajar bagaimana memecahkan problem-problem yang akan datang dan dapat menemukan kebutuhannya (Tolbert, 1959:3). Konseling sebagai suatu proses antar pribadi, di mana satu orang yang satu dibantu oleh lainnya untuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya (Mortensen dan Schmuller, 1976:301). Konseling sebagai suatu hubungan profesional antara seorang konselor telatih dengan klien. Selanjutnya dikatakan bahwa hubungan ini biasanya bersifat individual, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang yang dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya sehingga dapat membuat pilihan yang berarti dan memadai bagi dirinya (Jones, 1970:96). Konseling adalah proses dimana konselor membantu klien dengan membuat interpretasi-interpretasi tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan suatu pilihan rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya (Glenn E. Smith dalam Shertzer and Stone, 1971:18). Konseling merupakan usaha untuk menimbulkan perubahan tingkah laku secara sukarela pada diri klien. Niat merubah tingkah laku berada dalam diri klien dan klien minta bantuan kepada konselor.

Berdasarkan pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, dikutip dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tahun 1994 bahwa Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan ( Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan diei sendiri, serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara obyektif lingkungan, baik lingkungan social dan lingkungan fisik, dan menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu yang meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan alam sekitar, serta "lingkungan yang lebih luas". Diharapkan menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimaksud, serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan diri sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir, maupun bidang budaya/keluarga/kemasyarakatan.

Menurut Tim penyusun Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling(2004) bahwa Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami diri, mengarahkan diri, dan mengaktualisasikan diri, seduai dengan perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki, dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupannya.

Sedangkan menurut Tim penyusun buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002) memberikan batasan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (Sehingga dari pengertian tim ini dapat disimpulkan hal-hal berikut : 1). Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan bantuan, 2). Pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui kegiatan secara perorangan maupun kelompok, 3). Arah kegiatan bimbingan dan konseling ialah membantu peserta didik untuk dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, 4). Ada 4 bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi; sosial; belajar; dan karir, 5). Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan melalui jenis-jenis layanan tertentu, ditunjang sejumlah kegiatan pendukung, 6). Pelayanan bimbingan dan konseling harus didasarkan pada norma-norma yang berlaku
Share:

Asas-Asas Bimbingan dan Konseling

ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan juga dituntut untuk memenuhisejumlah asa bimbingan.
Menurut Tim penyusun buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (1994) bahwa Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi :
1. Asas Kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan Bimbingan dan Konseling karena akan mendasari kepercayaan peserta didik kepada pembimbing.
2. Asas Kesukarelaan, yaitu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun pembimbing.
3. Asas Keterbukaan, yaitu Bimbingan dan Konseling dapat berhasil dengan baik jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan maslah yang dihadapi kepada pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya.
4. Asas Kekinian, yaitu masalah yang ditangani oleh Bimbingan dan Konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitanya dengan masalah yang lampau dan yang akan dating. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegerah mungkin menangani masalah peserta didik.
5. Asas Kemandirian, yaitu Bimbingan dan Konseling membantu agar peserta didik dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing atau orang lain.
6. Asas Kegiatan, yaitu Bimbingan dan Konseling harus dapat membantu membangkitkan peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7. Asas Kedinamisan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baikdan mampu kearah pembaruan pada diri peserta didik.
8. Asas Keterpaduan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memadukan aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.
9. Asas Kenormatifan, yaitu usaha Bimbingan dan Konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adapt, norma hokum atau Negara, norma ilmu, dan norma kebiasan sehari-hari.
10. Norma Keahlian, yaitu Bimbingan dan Konseling adalah layanan professional sehingga perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini.
11. Asas Ali Tangan,Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya diluar kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan pihak lain yang berwenang.
12. Asas Tutwuri Handayani, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan potensinya.

Sedang menurut Buku Pedoman Bimbingan dalam Kurikulum Menengah Kejuruan Buku IIID (1976) membagi Asas Bimbingan dan Konseling keddalam 2 (dua) bagian, yaitu : asas-asas yang berhubungan dengan Individu/Murid, dan asas-asas yang berhubungan dengan pekerjaan bimbingan.
1. Asas yang berhubungan dengan Individu/Peserta didik
a. Tiap individu mempunyai kebutuhan
Tiap peserta didik sebagai individu mempunyai berbagai macam kebutuhan, baik yang bersifat kejasmanian maupun kejiwaan. Sebagian besar tingkah laku peserta didik harus diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, memungkinkan timbul kekecewaan dan akibatnya membuka peluang munculnya berbagai macam tingkah laku yang merupakan maslah.
b. Ada perbedaan anatara individu-individu
Setiap peserta didik mempunyai cita-cita yang unik atau khas, baik fisik mapun psikisnya, sehingga di antara peserta didik itu selalu terdapat perbedaan. Adalah kewajiban bagi pendidik umumnya dan pembimbing khususnya untuk memperhatikan dan mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individu itu dalam penyelenggaraan bimbingan.
c. Tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
Selaras dengan asas perbedaan individual di antara peserta didik dan asas pokok demokrasi, maka tiap peserta didik ingin menjadi dirinya sendiri. Keinginan ini sesuai pula dengan ciri-ciri pribadi yang banyak didasari oleh pembawaan masing-masing.
d. Tiap peserta didik (individu) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.
Dalam melaui tahap-tahap perkembangannya. Tiap peserta didik mempunyai dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri. Kemampuan yang dimaksud disini, terutama kematangan kejiwaan, pribadi dan social. Dalam memberikan layanan, petugas bimbingan mestilah mendasarkan pendekatan-pendekatan pada dorongan ini dan bukannya pada keinginan ataupun gagasan-gagasan atau ide-ide atau cita-cita khusus pembimbing sendiri.
e. Tiap Individu mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikan masalahnya.
Karena individu berada dalam lingkungan hidup yang semakin kompleks maka setiap peserta didik pasti mengalami maslah-masalah., maka bimbingan membantu peserta didik menghadapi masalah-masalahnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan yang ada pada diri peserta didik yang bersangkutan.
2. Asas yang bberhubungan dengan pekerjaan Bimbingan
a. Pekerjaan bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara pembimbing dan orang yang dibimbing.
Karena bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara pembimbing dengan si terbimbing maka kunci keberhasilan bimbingan dan konseling itu terletak pada bagaimana hubungan itu diciptakan. Pada dasarnya situasi hubungan itu harus penuh pengertian, hangat, percaya mempercayai, tidak mengandung ancaman dan permisif.
b. Penyelenggaraan bimbingan dan konselingmemerlukan kerahasiaan.
Dalam usaha bimbingan dan konseling perlu tertanam rasa percaya mempercayai. Untuk itu pembimbing harus dapat menjaga kerahasiaan si terbimbing.
c. Pekerjaan bimbingan dan konseling disekolah memerlukan pendekatan bersama antara pembimbing dan staf sekolah yang lain
Karena pekerjaan bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu pencapaian tujuan pendidikan, maka perlu adanya kerjasama pembimbing dengan pihak-pihak lain dalam lingkungansekolah, khususnya guru.
Asas adalah landasan yang mendasari pelaksanaan bimbingan konseling. Menurut Prayitno 1987, asas terbagi menjadi :
a. Asas Kerahasiaan adalah segala sesuatu yang dibicarakan dan diperoleh dalam proses bimbingan dan konseling tidak boleh disampaikan kepada orang lain.
b. Asas Kesukarelaan; mengandung pengertian bahwa pelaksanaan bimbingan konseling hendaknya berlangsung atas dasar kesukarelaan dan ketulusan dari kedua belah pihak, baik dari pihak konselor maupun dari pihak klien.
c. Asas Keterbukaan; diharapkan ke dua belah pihak membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah, konselor dalam hal ini harus terbuka dalam memberikan tekanan dalam membantu memecahkan masalah kepada klien.
d. Asas Kekinian; bimbingan konseling menangani masalah yang saat ini sedang dialami klien, bukan masalah yang terjadi pada masa lalu dan bukan pula yang terjadi pada masa yang akan datang. Pembahasan masalah masa lalu menjadi tanggung jawab psikoterapi.
e. Asas Kemandirian; mengandung makna bahwa layanan bimbingan konseling bertujuan membuat anak menjadi mandiri tidak bergantung pada orang lain.
f. Asas Kegiatan; bimbingan konseling merupakan proses bantuan, diharapkan klien aktif melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan proses layanan yang diterima oleh klien. Konselor harus mampu membangkitkan semangat dan minat klien untuk mau melaksanakan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
g. Asas Kedinamisan; layanan bimbingan konseling menghendaki terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien kearah yang lebih baik. Perubahan tersebut harus menuju ke sesuatu yang baru, kreatif, dan maju.
h. Asas Keterpaduan; hendaknya meliputi seluruh aspek kehidupan fisik dan psiko anak, sebab masalah yang dihadapi anak kemungkinan disebabkan ketidaksesuaian antara aspek yang ada dalam diri anak.
i. Asas Kenormatifan; layanan bimbingan konseling dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku.
j. Asas Keahlian; layanan bimbingan konseling dilakukan oleh petugas yang ahli, sehingga layanan yang dilakukan akan menimbulkan hasil yang baik.
k. Asas Alih Tangan; layanan bimbingan konseling harus dilakukan berdasarkan kemampuan masing-masing petugas yang lebih mampu.
l. Asas Tut Wuri Handayani; menciptakan suasanan yang aman nyaman dan menyenangkan.
Share:

Fungsi Bimbingan dan Konseling

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Berdasarkan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai maka Menurut Tim penyusun buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (1994) bahwa layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh puhak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa; pemahaman itu meliputi: a). Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing; b). Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasukdidalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing; c). Pemahaman tentang lingkungan "yang lebih luas" (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi bdaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa.
2. Fungsi Pencegahan, yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Menurut Tim Penyusun Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (2004) bahwa fungsi bimbingan dan konseling itu meliputi :
1. Fungsi Pemahaman; yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi : a). pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing; b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing; c). Pemahaman tentang lingkungan "yang lebih luas" (termasuk didalam informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi social dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangan secara optimal.
3. Fungsi Penyaluran, fungsi bimbingan dan konseling dalam hal membantu peserta didik untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah sambungan, lapangan pekerjaan sesuai dengan cita-cita, bakat, minatnya.
4. Fungsi Pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru untuk mengadaptasikan program kepada minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
Sedangkan menurut Tim Penyusun Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002) menyatakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling itu meliputi :
1. Fungsi Pemahaman,
2. Fungsi Pencegahan,
3. Fungsi Pengentasan, termasuk didalamnya fungsi Advokasi
4. Fungsi Pemeliharaan dan Fungsi Pengembangan.

Fungsi bimbingan konseling (Mortensen & Schumuler 1976 Muhamad Surya 1988:38-42):
1. Fungsi pencegahan merupakan usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
2. Fungsi Penyaluran merupakan layanan bimbingan konseling yang membantu siswa untuk menyalurkan bakat, minat, kecakapan dan kebutuhan sesuai dengan keadaan pribadinya.
3. Fungsi penyesuaian adalah layanan bimbingan konseling berfungsi membantu individu dalam terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya.
4. Fungsi perbaikan merupakan usaha layanan bimbingan setelah fungsi-fungsi di atas mengalami gangguan.
Adapun dalam buku (Dr. Ahmad Juntika) minimal ada empat fungsi bimbingan:
1. Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilki individu.
2. Fungsi penyaluran
3. Fungsi adaptasi yaitu fungsi yang membantu pada pelaksana pendidikan, khususnya guru atau dosen, widiaiswara, dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu.
4. Fungsi penyesuaian
Share:
PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Menurut Dra. Siti Rahayu Hadotono (1967) dalam bukunya prinsip-Prinsip Bimbingan dan Penyuluhan mengemukakan 12 prinsip bimbingan dan penyuluhan(konseling) sebagai berikut :
1. Bimbingan dan penyuluhan dimaksudkan untuk anak-anak, orang dewasa dan orang-orang yang sudah tua.
2. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku orang itu. Sehingga usaha bimbingan yang bertujuan untuk memajukan penyesuaian individu, harus berusaha pula memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek itu.
3. Usaha-usaha bimbingan dalam prinsipnya harus menyeluruh kepada semua orang, karena semua orang tentu mempunyai masalah-masalah yang butuh pertolongan.
4. Bimbingan dengan prinsip no. 2 , maka semua guru di sekolah seharusnya menjadi seorang pembimbing, karena semua murid membutuhkan bimbingan.
5. Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan, sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan.
6. Dalam memberikan suatu bimbingan harus diingat, bahwa semua orang meskipun sama dalam kebanyak sifat, namaun mempunyai perbedaan-perbedaan individu. Dan perbedaan-perbedaan inilah yang harus kita perhatikan.
7. Supaya bimbingan dapat berhasil baik, dibutuhkanlah pengertian yang mendalam mengenai orang yang dibimbing itu. Maka dari itu perlu diadakan program-program evaluasi(penilaian) dan penyelidika-penyelidikan individual. Keduanya memerlukankumpulan catatan-catatan(cumulative records) mengenai kemajuan dan keadaan orang atau anak yang dibimbing tadi.
8. Haruslah diingat bahwa pergolakan-pergolakan social, ekonomi, dan politik dapat menyebabkan timbulnya tingkah laku yang sukar atau penyesuaian yang salah(maladjustment). Berhubungan dengan itu dibutuhkan juga kerjasama yang baikanatara bimbingan dengan badan-badan atau yayasan-yayasan dalam masyarakat yang mempunyai hubungan dengan usaha bimbingan tersebut
9. Bagi anak-anak haruslah kita ingat, bahwasikap orang tua dan suasana rumah sangat mempengaruhi tingkah laku anak. Berhubungan dengan ini kadang-kadang bagi beberapa kesukaran sangat dibutuhkan pengertian, kesediaan dan kerjasama yang baik dengan dengan para orang tua.
10. Fungsi daripada bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran-kesukaran, sehingga hasilnya dapat berupa kemajuan daripada keseluruhan pribadi orang yang bersangkutan.
11. Usaha bimbingan harus bersifat luwes (flexible) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat serta kebutuhan individual.
12. Akhirnya tidak boleh dilupakan, bahwa berhasil atau tidaknya suatu bimbingan sebagian besar tergantung kepada orang yang minta tolong itu sendiri, pada kesediaan kesanggupan dan proses-proses yang terjadi dalam diri orangnya itu sendiri.

Menurut Buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tahun 1994 bahwa pelayanan bimbingan mendasarkan layanan dan kegiatannya pada sejumlah prinsip, yaitu :
1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :
a. Bimbingan dan konseling melayani semua indvidu tanpa memandang umur jenis kelamin, suku, agama, dan status social ekonomi.
b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi fisik/mental individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak social dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan disik individu.
b. Kesenjangan social, ekonomi. Dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu dan kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan.
3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program layanan :
a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan dan pengembangan individu,oleh karena iru program bimbingan harus disesuaikan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dan jenjang pendidikan yang terendah sampai yang tertinggi.
d. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu adanya penilaian yang teratur dan terarah.
4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan :
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing dari sendiri dalam menghadapi permasalahnnya.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi
d. Kerjasama antara pembimbing, guru dan orang tua amat menentukan hasil pelayanan bimbingan
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.


Menurut Tim penyusun Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling(2004) prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling meliputi :
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran layanan :
a. Bimbingan dan Konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
b. Bimbingan dan Konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c. Bimbingan dan Konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d. Bimbingan dan konseling memberi perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.
2. Prinsip-prinsip berkenaan dengan permasalah individu :
a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
b. Kesenjangan social, ekonomi, dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menandai perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.
3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan:
a. Bimbingan dan Konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu; oleh karena itu program bimbingan dan konselingharus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b. Program Bimbingan dan Konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi lembaga.
c. Program Bimbingandan Konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan yang terendah sampai tertinggi.
d. Terhadap isi dan pelayanan program bimbingan dan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah
4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan :
a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
b. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lain
c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalah yang dihadapi.
d. Kerjasama antara Guru Pembimbing guru-guru yang lain, dan orang tua amat mengetahui hasi pelayanan bimbingan.
e. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Dugald Arbuckle dalam Pietrofesa (1980: 19-21) menyatakan bahwa prinsip pokok bimbingan adalah :
1. Bimbingan adalah untuk semua individu; bimbingan dapat diberikan kepada semua individu dari segala umur sesuai dengan jenis dan sifat permasalahan yang dihadapinya.
2. Bimbingan adalah layanan individu; harus memperhatikan karakteristik individu, kebutuhan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik.
3. Bimbingan menekankan pada pandangan yang positif; maksudnya individu dengan usahanya sendiri mampu mencukupi perkembangan yang optimal.
4. Bimbingan adalah usaha bersama; bimbingan tidak dapat dilakukan sendiri oleh konselor.
5. Pengambilan keputusan adalah bagian yang esensial dalam bimbingan; bimbingan diarahkan membantu individu untuk membuat keputusan yang diambilnya atas dasar kecakapan dan tanggung jawab sendiri.
6. Bimbingan dapat dilaksanakan diberbagai latar; menurut kebutuhan dan permasalahan yang timbul.
Share:

Bidang Bimbingan dan Konseling

BIDANG BIMBINGAN KONSELING
Oleh : AMAR FAUQ, S.Pd

Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian terpadu dan tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan disekolah dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling
Oleh karena itu upaya bimbingan dan konseling hendaknya memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis, serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peanan yang dinginkan dimasa depan.
Menurut Tim penyusun Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling(2004) bahwa bahwa bidang bimbingan mencakup Bidang bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar, dan bimbingan karir
a. Bidang Bimbingan Prbadi
Pelayanan bimbingan pribadi di SMP/MTs ini bertujuan membantu peserta didik mengenal, menemukan, dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
b. Bidang Bimbingan Sosial
Pelayanan bimbingan social di SMP/MTs ini bertujuan membantu peserta didik memahami diri dalam kaitannya dengan lingkungan dan etika pergaulan yang dilandasi budi pekerti luhur dan bertanggung jawab social.
c. Bidang Bimbingan Belajar
Pelayanan bimbingan belajar di SMP/MTs ini bertujuan membantu peserta didik mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sesuai dengan program belajar di SMP/MTs dalam rangka menyiapkannya melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah yang lebih tinggi dan/atau berperan serta dalam kehidupan masyarakat.
d. Bidang Bimbingan Karir
Pelayanan bimbingan karir di SMP/MTs ini bertujuan membantu peserta didik mengenal dan mengembangkan potensi diri melalui penguasaan pengetahuan dan ketrampilan, memahami lingkungan p[endidikan dan sector pekerjaan sebagai lingkungan yang efektif : serta mengembangkan nilai-nilai dan sikap yang positif untuk mempersiapkan diri berperan serta dalam kehidupan masyarakat
Share:

Fungsi Bimbingan dan Konseling

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Berdasarkan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai maka Menurut Tim penyusun buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (1994) bahwa layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Pemahaman, yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh puhak-pihak tertentu sesuai dengan keperluan pengembangan siswa; pemahaman itu meliputi: a). Pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing; b). Pemahaman tentang lingkungan siswa (termasukdidalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan pembimbing; c). Pemahaman tentang lingkungan "yang lebih luas" (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi bdaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa.
2. Fungsi Pencegahan, yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya siswa dari berbagai permasalahan yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam proses perkembangannya.
3. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa.
4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpelihara dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif siswa dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Menurut Tim Penyusun Buku Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling (2004) bahwa fungsi bimbingan dan konseling itu meliputi :
1. Fungsi Pemahaman; yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik, pemahaman itu meliputi : a). pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing; b). Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing; c). Pemahaman tentang lingkungan "yang lebih luas" (termasuk didalam informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi social dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.
2. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam rangka membantu peserta didik untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangan secara optimal.
3. Fungsi Penyaluran, fungsi bimbingan dan konseling dalam hal membantu peserta didik untuk memilih jurusan sekolah, jenis sekolah sambungan, lapangan pekerjaan sesuai dengan cita-cita, bakat, minatnya.
4. Fungsi Pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru untuk mengadaptasikan program kepada minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik.
Sedangkan menurut Tim Penyusun Buku Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi (2002) menyatakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling itu meliputi :
1. Fungsi Pemahaman,
2. Fungsi Pencegahan,
3. Fungsi Pengentasan, termasuk didalamnya fungsi Advokasi
4. Fungsi Pemeliharaan dan Fungsi Pengembangan.
Fungsi bimbingan konseling (Mortensen & Schumuler 1976 Muhamad Surya 1988:38-42):
1. Fungsi pencegahan merupakan usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya masalah
2. Fungsi Penyaluran merupakan layanan bimbingan konseling yang membantu siswa untuk menyalurkan bakat, minat, kecakapan dan kebutuhan sesuai dengan keadaan pribadinya.
3. Fungsi penyesuaian adalah layanan bimbingan konseling berfungsi membantu individu dalam terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya.
4. Fungsi perbaikan merupakan usaha layanan bimbingan setelah fungsi-fungsi di atas mengalami gangguan.
Adapun dalam buku (Dr. Ahmad Juntika) minimal ada empat fungsi bimbingan:
1. Fungsi pengembangan merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilki individu.
2. Fungsi penyaluran
3. Fungsi adaptasi yaitu fungsi yang membantu pada pelaksana pendidikan, khususnya guru atau dosen, widiaiswara, dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan individu.
4. Fungsi penyesuaian
Share:
ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh : AMAR FARUQ, S.Pd

Penyelenggaraan pelayanan Bimbingan dan Konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan juga dituntut untuk memenuhisejumlah asa bimbingan.
Menurut Tim penyusun buku Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (1994) bahwa Asas-asas bimbingan dan konseling meliputi :
1. Asas Kerahasiaan, yaitu segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci keberhasilan Bimbingan dan Konseling karena akan mendasari kepercayaan peserta didik kepada pembimbing.
2. Asas Kesukarelaan, yaitu pelaksanaan Bimbingan dan Konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun pembimbing.
3. Asas Keterbukaan, yaitu Bimbingan dan Konseling dapat berhasil dengan baik jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan maslah yang dihadapi kepada pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya.
4. Asas Kekinian, yaitu masalah yang ditangani oleh Bimbingan dan Konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitanya dengan masalah yang lampau dan yang akan dating. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegerah mungkin menangani masalah peserta didik.
5. Asas Kemandirian, yaitu Bimbingan dan Konseling membantu agar peserta didik dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing atau orang lain.
6. Asas Kegiatan, yaitu Bimbingan dan Konseling harus dapat membantu membangkitkan peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7. Asas Kedinamisan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baikdan mampu kearah pembaruan pada diri peserta didik.
8. Asas Keterpaduan, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat memadukan aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.
9. Asas Kenormatifan, yaitu usaha Bimbingan dan Konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adapt, norma hokum atau Negara, norma ilmu, dan norma kebiasan sehari-hari.
10. Norma Keahlian, yaitu Bimbingan dan Konseling adalah layanan professional sehingga perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini.
11. Asas Ali Tangan,Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil atau masalahnya diluar kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan pihak lain yang berwenang.
12. Asas Tutwuri Handayani, yaitu Bimbingan dan Konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan potensinya.

Sedang menurut Buku Pedoman Bimbingan dalam Kurikulum Menengah Kejuruan Buku IIID (1976) membagi Asas Bimbingan dan Konseling keddalam 2 (dua) bagian, yaitu : asas-asas yang berhubungan dengan Individu/Murid, dan asas-asas yang berhubungan dengan pekerjaan bimbingan.
1. Asas yang berhubungan dengan Individu/Peserta didik
a. Tiap individu mempunyai kebutuhan
Tiap peserta didik sebagai individu mempunyai berbagai macam kebutuhan, baik yang bersifat kejasmanian maupun kejiwaan. Sebagian besar tingkah laku peserta didik harus diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Jika kebutuhan tidak terpenuhi, memungkinkan timbul kekecewaan dan akibatnya membuka peluang munculnya berbagai macam tingkah laku yang merupakan maslah.
b. Ada perbedaan anatara individu-individu
Setiap peserta didik mempunyai cita-cita yang unik atau khas, baik fisik mapun psikisnya, sehingga di antara peserta didik itu selalu terdapat perbedaan. Adalah kewajiban bagi pendidik umumnya dan pembimbing khususnya untuk memperhatikan dan mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individu itu dalam penyelenggaraan bimbingan.
c. Tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
Selaras dengan asas perbedaan individual di antara peserta didik dan asas pokok demokrasi, maka tiap peserta didik ingin menjadi dirinya sendiri. Keinginan ini sesuai pula dengan ciri-ciri pribadi yang banyak didasari oleh pembawaan masing-masing.
d. Tiap peserta didik (individu) mempunyai dorongan untuk menjadi matang.
Dalam melaui tahap-tahap perkembangannya. Tiap peserta didik mempunyai dorongan yang kuat untuk menjadi matang, produktif, dan berdiri sendiri. Kemampuan yang dimaksud disini, terutama kematangan kejiwaan, pribadi dan social. Dalam memberikan layanan, petugas bimbingan mestilah mendasarkan pendekatan-pendekatan pada dorongan ini dan bukannya pada keinginan ataupun gagasan-gagasan atau ide-ide atau cita-cita khusus pembimbing sendiri.
e. Tiap Individu mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk menyelesaikan masalahnya.
Karena individu berada dalam lingkungan hidup yang semakin kompleks maka setiap peserta didik pasti mengalami maslah-masalah., maka bimbingan membantu peserta didik menghadapi masalah-masalahnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan yang ada pada diri peserta didik yang bersangkutan.
2. Asas yang bberhubungan dengan pekerjaan Bimbingan
a. Pekerjaan bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara pembimbing dan orang yang dibimbing.
Karena bimbingan berlangsung dalam situasi hubungan antara pembimbing dengan si terbimbing maka kunci keberhasilan bimbingan dan konseling itu terletak pada bagaimana hubungan itu diciptakan. Pada dasarnya situasi hubungan itu harus penuh pengertian, hangat, percaya mempercayai, tidak mengandung ancaman dan permisif.
b. Penyelenggaraan bimbingan dan konselingmemerlukan kerahasiaan.
Dalam usaha bimbingan dan konseling perlu tertanam rasa percaya mempercayai. Untuk itu pembimbing harus dapat menjaga kerahasiaan si terbimbing.
c. Pekerjaan bimbingan dan konseling disekolah memerlukan pendekatan bersama antara pembimbing dan staf sekolah yang lain
Karena pekerjaan bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu pencapaian tujuan pendidikan, maka perlu adanya kerjasama pembimbing dengan pihak-pihak lain dalam lingkungansekolah, khususnya guru.
Share:

Konseling Traumatis II

TEKNIK DASAR DAN APLIKASI KONSELING PASCA-TRAUMA


A. Rasional
Risiko psikologis yang dialami oleh individu yang mengalami kehilangan sumber daya yang bernilai seperti kehilangan orang yang dicintai, harta benda yang dimiliki, hubungan sosial dan komunitas atau kehilangan pegangan hidup yang menyebabkan stress dan trauma.
Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik dapat menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah. Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibatkan apa yang disebut deprivasi sosial (social deprivation).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah menurunkan gejala kecemasan pasca trauma (PTSD) dengan menjalani berbagai jenis permainan kelompok baik in-bond mupun out-bond.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan yang dapat dicapai model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah membantu anak dengan pengalaman traumatik untuk: (1) menghilangkan bayangan traumatis; (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara lebih rasional; (3) membangkitkan minat terhadap realita kehidupan; (4) memulihkan rasa percaya diri; (6) memulihkan kelekatan dan keterkaitan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian; (6) kepedulian emosional serta mengembalikan makna dan tujuan hidup.

C. Ruang Lingkup dan Sasaran
Sasaran yang menjadi target layanan model ini adalah mereka yang mengalami gangguan kecemasan pasca trauma dengan indikator sebagai berikut:
1. Dibayangi peristiwa traumatis
2. Berpikir negatif
3. Merasa tidak berdaya
4. Emosional
5. Mengisolasi diri
6. Merasa harapan masa depan rendah

D. Asumsi Dasar
1. Bencana Tsunami memberi dampak luas bukan saja pada trauma psikologis pada aspek fisik, tetapi juga pada aspek perilaku, emosional, psikologis dan bahkan psikososia green)
2. Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik akan menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah (irreversible). Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibat apa yang disebut deprivasi sosial (Social Deprivation)
3. Pengabaian terhadap pengalaman traumatik dan deprivasi sosial pengaruhnya dapat diteruskan secara psikososial bukan saja pada dirinya sendiri tetapi juga kepada masyarakat, dan generasi berikutnya melalui keluarga dan anak cucu mereka.
4. Konseling dan terapi dengan menggunakan permainan telah digunakan secara luas dan mendapatkan dukungan dari para ahli.Hampir semua ahli terapi telah menggunakan permainan sebgai bagian dari proses terapi.
5. Permainan, baik tradisional maupun non-tradisional telah digunakan sebagai salah satu modus terapi permainan kelompok
6. Konseling kelompok dapat menggunakan permainan sebagai modus dalam membantu penanganan anak dengan kecemasan pasca trauma

E. Pendukung Sistem Layanan
1. Komponen pendukung sistem merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan pelaksanaan program konseling.
2. Serangkaian kegiatan manajemen tersebut, adalah: mengembangkan program, mengembangkan staf, penataan kebijakan, dan penyediaan sarana pendukung.

F. Peran Konselor
Peranan konselor seyogyanya mencakup sebagai perancana, pelaksana, dan sekaligus penilai program bimbingan-konseling, termasuk dalam pelaksanaan program konseling kelompok bagi anak dengan pengalamn traumatis ini. Secara khsusus, peranan konselor dalam program konselirng ini adalah mendorong peserta untuk melakukan aktivitas permainan dalam seting kelompok, sehingga mereka dapat mengalami dan merefleksikan pengalamannya. Untuk itu, peranan konselor dalam program konseling ini adalah sebagai pemimpin kelompok, fasilitator, dan reflektor.

G. Prosedur pelaksanaan
1. Mekanisme Pengorganisasian
Mekanisme pengorganisasian kegiatan konseling bagi anak dengan pengalaman traumatik menggunakan APPLE Facilitation model yang mengacu pada lima langkah yakni a) Assement b) Plan; c) Prepare; d) Lead; e) Evaluate
2. Mekanisme Konseling
Mekanisme proses konseling menggunakan model konseling kelompok. Langkah yang ditempuh terbagi atas empat tahap yaitu: a) awal, b) transisi, c) kerja dan d) terminasi.
3. Proses Permainan Kelompok
Pelaksanaan permainan kelompok menggunakan Metode Socratic (Socratic method). Metode ini menggunakan empat langkah kegiatan yaitu; a) Eksperientasi (Experience); b) Identifikasi (Identify); c)Analisis (Analize); d) Generalisasi (Generalize).


H. Populasi Sasaran
Populasi yang menjadi sasaran pelaksanaan program traumatik konseling adalah anak-anak yang memiliki gangguan kecemasan pasca trauma yang diungkap melalui daftar cek masalah dan angket Kriteria Diagnostik PTSD. Dari daftar cek masalah terungkap bahwa kelompok sasaran menunjukkan gejala gangguan pada aspek fisik (physical fatigue), emosi (emotional fatigue), mental (mental fatigue), perilaku (behavioral fatigue), spiritual (spiritual fatigue).

I. Evaluasi Program
Evaluasi program akan berhasil dengan baik jika direncanakan dan dikembangkan sejak awal dimulainya program dan selama program berlangsung, bukan hanya setelah program selesai dilaksanakan. Dengan demikian, evaluasi program meliputi evaluasi proses implementasi (dinamika implementasi) dan evaluasi hasil (perubahan perilaku).

J. Jenis Permainan
Jenis Permainan Kelompok bagi Anak Berpengalaman Traumatik
(In-Bond dan Out-Bond)
Sesi Awal (Forming)
• Papan Nama
• Perkenalan Berantai
• Pembentukan Kelompok
• Penetapan struktur kelompok
• Pohon Harapan

Sesi Transisi (Storming)
• Rebut Bendera
• Yel-yel dan Mars kelompok
• Norma-Norma Kelompok

Sesi Transisi (Norming)
• Susun Baris
• Holahoop
• Trsut Circle
• Trust Fall
• Benang Kusut
Share:

Macam-macam Konseling

KONSELING ADLERIAN
DERINISI KONSELING
 Suatu teori dan praktik konseling yang berakar pada teori psikologi individual yang dikembangkan oleh Alfred Adler dan para pengikutnya
 Adler adalah murid kesayangan Sigmund Freud yang kemudian memisahkan diri karena merasa tidak sependapat dengan beberapa gagasan (pemikiran Freud)

TUJUAN KONSELING
1. Umum:
Membantu individu menjadi manusia dewasa yg sehat secara pribadi dan sosial:
a. Mandiri secara fisik dan emosi,
b. Produktif
c. Mampu menjalin kerjasama dg orang lain untuk mencapai tujuan2 hidup
2. Khusus:
a. Membantu individu memahami kesulitannya yg disebabkan oleh logika dan gaya hidup yg keliru
b. Membantu indiviu mengubah pola pikir awal dalam rangka menangani inferioritas, ketergantungan, kegagalan; dan mengembangkan rasa p diri dan minat sosial
KARAKTER INDIVIDU YANG SEHAT
Orang sehat = minat sosial tingi = well adjusted, dg ciri-ciri:
1. Menghormati hak orang lain
2. Toleran
3. Dapat bekerja sama dg orang lain
4. Suportif
5. Konsep diri positif
6. Sense of belonging
7. Punya tujuan hidup
8. Tulusan
9. Mau berbagi
10. Menekankan pada kebersamaan

PROSES KONSELING
1. Proses konseling dimulai dg identifikasi masalah, pengembangan hubungan konseling kolaboratif, eksplorasi dan analisis masalah, pengembangan insight, reorientasi dan perubahan
2. Dalam hubungan konseling konselor bertindak sebagai:
a. Fasilitator yg mengkomunikasikan sikap suportif untuk membantu klien memperoleh rasa percaya diri, mau mengambil resiko, dan menerima ketidaksempurnaannya
b. pendidik yang berusaha membantu klien mengembangkan m inat sosial, mengajar klien memahami kesulitan, dan cara mengubah perilakunya;
Model yg harus memberikan contoh ttg cara berpikir logis, mencari makna, dan berkolaborasi dg orang lain

TEHNUK KONSELING
Menggunakan banyak teknik (pendekatan), di antaranya:
a. Keterampilan interpersonal: verbal & non verbal
b. Bertanya à eksplorasi
c. Dorongan à penerimaan & pengakuan
d. Interpretasi & konfrontasi à insight
e. Teknik-teknik lain: tugas rumah, humor, advise

APLIKASI
a. Dapat diterapkan untuk berbagai kelompok usia
b. Sangat cocok untuk anak-anak
c. Dapat digunakan sbg kerangka kerja konseling perkawinan dan karier
d. Bantuan holistik

KONTRIBUSI
a. Memberikan inspirasi bagi pengembangan teori2 psikologi lain seperti: May, Frankl, Rogers, Maslow
b. Memberikan pengaruh pada teori konseling lain seperti: eksistensial, kognitif, realita, rogerian, dan gestalt
c. Penekanan pada nilai sosial


KRITIK
a. Kurangnya data penelitian
b. Verifikasi/validasi masih terbatas
c. Banyak konsep2 yg diajukan Adler masih terkesan abstrak
d. Tulisan2 Adler tentang formulasi teoretiknya kurang sistematis


KONSELING EKSISTENSIAL
POKOK TEORI
1. Merespon Dehumanisasi
 Sebagai efek perkembangan industry dan Urbanisasi
2. Kengembalikan Sense Of Humanness
3. Berbagai persoalan hidup, berakar dari isu kebermaknaan
 Ketiadaan, Alinasi ( Keterasingan), Ketidakberdayaan, Kebebasan, Rasa bersalah, cemas
4. Kegagalan menangani isu tersebut, menimbulkan gangguan prilaku
5. Semua manusia memiliki potensi untuk menangani isu tersebut

TUJUAN KONSELING
1. Membantu Klien/Konseli menemukan nilai, makna, dan tujuan
2. Membantu Konseli agar :
a. Lebih sadar
b. Mampu memilih dan bertindak
c. AktualisasiI
d. Hidup bersama

PROSES KONSELING
KONSELING merupakan bentuk aliansi terapiutik antara konselor dengan konseli

TEKNIK KONSELING

1. Penggunaan pribadi konselor
2. Penghayatan dunia obyek dan subyektif klien
3. Pemgungkapan makna
4. Pertumbuhan pribadi
5. Konseling logo => Penemuan makna
6. Paradoxical Intrntion è Untuk mendorong konseli melawan dirinya sendiri
7. DerefleksiI è Membantu konseli menangani perasaan tidak bermakna



TEORI KONSELING GESTALT
A. SIFAT DASAR MANUSIA
SIFAT POSITIF
1. Mampu mengarahkan diri dan mencapai apa yg diinginkannya;
2. Mampu mencapai a sense of unity dan integrasi pribadi
3. Dapat memecahkan sendiri setiap kesulitan/masalah yg dihadapinya, mesklipun kadang2 mereka membutuhkan bantuan dari orang lain
B. KARAKTER MANUSIA SEHAT
1. Berada dalam keutuhan, memperlihatkan kepribadian yang terintegrasi
2. Menbempatkan diri selalu berada dalam sentuhan lingkungan (menjaga ontak dg lingkungannya, dapat menyesuaikan diri secara seimbang)
3. Tertentukan oleh dirinya sendiri dan bukan oleh lingkungan (self reliant, otonomous)
4. Memiliki kesadaran penuh tentang diri dan lingkungannya
5. Tidak membiarkan masalah tak terpecahkan (menjadi usrusan tak terselesaikan)
C. PERKEMBANGAN GANGGUAN PRILAKU
Manusia memiliki masalah karena
1. Memiliki kesadaran yg rendah ttg diri dan lingkungannya
2. Kurang memiliki kontak dg lingkungannya
3. Membiarkan dirinya dikendalikan oleh lingkungan, tidak tahan terhadap pengaruh/tekanan
4. Membiarkan masalah tak terpecahkan/senang memendam masalah
5. Membiarkan dirinya terfragmentasi/ terpolarisasi menjadi bagian2 /tak dapat bertindak dan bereaksi sebagai organisme yg utuh
D. TUJUAN KONSELING
1. Membantu klien agar dapat membantu dirinya sendiri untuk tumbuh dan berkembang – menjadi matang, mengarahkan dan bertanggung jwb bagi hidupnya sendiri
2. Mencapai kesadaran (diri & lingkungan) yg lebih mendalam
3. Mengajar klien untuk mengambil tg jwb bagi dirinya sendiri
4. Membantu klien mencapai integrasi pribadi shingga dapat bertindak scr sistematis dan efisien
5. KEBERHASILAN KONSELING:
KLIEN è KESADARAN è TG JWB è SELF-SUPPORT

E. TEORI KONSELING
5 lapisan neurosis:
1. Phony: orang berusaha menjadi apa yg tak ia inginkan (palsu) à ditandai oleh banyak konflik yg tak terpecahkan
2. Phobic: orang menyadari ttg kepalsuan yang dimainkannya, menyadari ketakutan2nya à pengalaman yg menakutkan
3. Impasse: menyadari bahwa dirinya tak mengetahui cara terbaik untuk memecahkan kesulitan2nya
4. Implosive: menyadari ttg cara2 ia membatasi dirinya dan mulai bereksperimen dg perilaku2 baru di dalam seting konseling
5. Explolsive: jika eksperimen dg perilaku barfu berhasil di luar seting konseling à eksplosif à menemukan energy yg telah disia2kan untuk hanya untuk memelihara kepalsuan

F. ASUMSI
1. Orang yg memiliki kesadarn tinggi tentang kebutuan dan lingkungaannya, akan mengetahu masalah mana yg dapat dan tak dapat dipecahkan.
2. Kunci keberhasilan dalam membuat penyesuaian adalah tanggung jawab


KONSELING KOGNITIF BACK
A. SIFAT DASAR MANUSIA
1. Manusia memiliki potensi untuk membuat kesalahan kognitif
2. Kesalahan kognitif disebabkan oleh banyak faktor: kecenderungan genetik, pengalaman sepanjang hayat (peristiwa traumatik), dan akumulasi pengetahuan dan belajar (pengaruh negatif orang lain).
3. Gangguan kognitif terbentuk pada masa kanak-kanak dan direfleksikan dalam bentuk keyakinan fundamental orang dewasa
4. Jika anak telah mengalami gangguan kognitif, mereka menjadi rentan terhadap berbagai problema yg berkaitan dg peristiwa hidup

B. PERKEMBANGAN GANGGUAN
 Gangguan perilaku disebabkan oleh adanya gangguan kognitif (adanya distorsi kognitif)
 Kognisi salah à emosi tidak tepat à tindakan tidak adaptif
 Gangguan dapat dilihat dari 4 tingkatan:
 Pikiran otomatis
 Keyakinan tingkat tinggi
 Keyakinan inti
 Skema è kerangka kognitif terdiri sejumlah ide yg
terorganisasi.

C. TUJUAN KONSELING
Membantu klien mengidentifikasi adanya kesalahan2 dalam sistem pengolahan informasi dan kemudian memodifikasikannya, dg cara membantu klien mengidentifikasi pikiran otomatis dan keyakinan intinya dan kemudian mempertalikan dg emosi dan perilakunya dan kemudian meluruskannya

D. PROSES KONSELING
1. Merumuskan agenda
2. Mengukur dan menetapkan intensitas mood klien
3. Mengidentifikasi dan memeriksa ulang masalah klien
4. Mendorong klien mengatakan apa yg ia harapakan (perubahan yg diinginkan)
5. Mendidik klien ttg konseling kognitif dan perannya dalam program perlakuan
6. Memberikan informasi ttg kesulita2 pribadi dan hasil2 analisis (diagnosis)
7. Merumuskan tujuan
8. Melaksanakan program bantuan
9. Memberikan tugas rumah antara sesi-sesi
10. membuat rangkuman hasil yg dicapai pada setiap sesi
11. Meminta umpan balik dari klien pada akhir sesi

E. TEHNIK KONSELING
Menggunakan banyak teknik yg umumnya bersifat kognitif tetapi juga meminjam dari perilaku, di antaranya:
1. Penjadwalan ulang
2. Imajeri mental dan emosional
3. Pemodelan
4. Penghentian pikiran
5. Restrukturisasi kognitif
6. Distraksi diversi
7. Afirmasi
8. Catatan harian
9. Menulis surat
10. Asesmen sistematis
11. Relabeling & reframing
12. Bermain peran emosi-rasional
13. Membuat jarak
14. Bibliokonseling
15. Pemberian tugas




KONSELING KOGMITIF PRILAKU
A. SIFAT DASAR MANUSIA
1. Pandangan awal: perilaku merupakan produk dari pengkondisian lingkungan
2. Pandangan baru: manusia bukan hanya dibentuk oleh tetapi juga membentuk (dapat memodifikasi) lingkungannya
B. PERKEMBANGAN GANGGUAN PRILAKU
1. Perilaku menyimpang (tidak adaptif) seperti halnya perilaku adaptif, merupakan hasil belajar atau pembelajaran
– anak senang merokok karena ia telah belajar/dibelajarkan untuk merokok
– Anak sering bertindak agresif karena ia telah belajar/dibelajarkan untuk bertindak agresif
2. Hasil belajar itu merupakan fungsi interaksi dari kekuatan2 individu dan kekuatan2 lingkungan dan hasil2 belajar sebelumnya (pengalaman) à melalui pengkondisian klasik, pengkondian operan, pemodelan à gangguan memiliki banyak sebab dan bersifat situasional-kontekstual
C. TUJUAN KONSELING
Membelajarkan klien untuk memperoleh keterampilan2 yang mencukupi guna memodifikasi kebiasaan2 atau pola-pola perilakunya yang tidak tepat menjadi tepat (adaptif, sesuai harapan lingkungan, self-promote) dan dapat terlepas dari berbagai bentuk kecemasan dan tekanan
D. PROSES KONSELING
• Konselor mengambil, peran aktif dan direktif namun tidak mengontrol klien à klien memiliki tg jawab peribadi untuk mengarahkan macam dan derajad perubahan yg diinginkannya
• Langkah-langkah konselor didasarkan pada prosedur ilmiah à ada tujuan jelas dan definitif, sistematis, ada teori & hipotesis, hasilnya dapat diramalkan, memungkinkan verifikasi
• Proses konseling melibatkan empat komponen berikut:
– Rasional (reviu masalah, pernyataan tujuan, dan gambaran strategi yg akan dilaksanakan)
– Pendidikan psikologis à agar klien tahu mengapa ia mengalami masalah
– Pemodelan perilaku sasaran/perilaku tujuan (target)
– Mempraktekkan perilaku sasaran (gladi perilaku)
– Memberikan tugas rumah à klien mempraktekkan perilaku sasaran dalam situasi kehidupan sehari2 yg dihadapinya
– Pembahasan tugas, umpan balik, tindak lanjut
E. TEHNIK KONSELING
1. Pengkondisian klasik
• Desensitisasi sistematis
• Pengkondisian aversif
• Latihan asertif
• Relaksasi, meditasi
2. Pengkondisian operan
• Penguatan dan hukuman
• Pembentukan (Shaping )
• Pengelolaan diri
• Kontrak
3. Kognitif
• Pemodelan
• Penghentian pikiran
• Restrukturisasi kognitif
• Suntikan stres


KONSELING REALITA

A. SIFAT DASAR MANUSIA
1. Manusia memiliki lima kebutuhan dasar:
a. Kebutuhan untuk hidup (survive)
b. Kebutuhan akan kebebasan (freedom)
c. Kebutuhan akan kekuasaan (power)
d. Kebutuhan akan kesenangan (fun)
e. Kebutuhan untuk mencintai, dicintai, dan memiliki
2. Manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya sesuai dg realita; dan mengambil tg jawab pribadi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
3. Manusia dpt menggunakan perasaannya untuk menimbang apakah perilakunya “good” atau “bad”

B. GANGGUAN PSIKOLOGIS
1. Perilaku yg bertentangan dg 3R: reality, responsibility, right & wrong
2. Hasil dari ketidakmampuan/kegagalan manusia memenuhi kebutuhan dasar
3. Manusia mengingkari realitas dunia sekelilingnya à menghindari konsekuensi logis dan tak menyenangkan dari perilakunya yg tak bertanggung jawab
4. Bertindak dalam cara2 yg tak bertanggung jawab à memuaskan kebutuhan sendiri dalam cara yg merugikan orang lain
5. Senang mengontrol perilaku orang lain à bisan kehabisan waktu dan energi krn harus melakukan apa yg tidak ingin mereka lakukan

C. SISTEM TEORI
• Menolak konsep sakit mental à orang beramasalah krn mengingkari tg jawab
• Menimbang perilaku dg 3R: reality, responsibility, right & wrong
– Reality: kesediaan untuk nenerima konsekuensi logis dari perilaku
– Responsibility: kesangupan untuk memenuhi kebutuhan sendiri tanpa merugikan orang lain
– Right & wrong: sesuatu yg diketahui melalui perasaan: perasaan merupakan indikator untuk menimbang apakah perilakunya baik dan benar à merasa nyaman, tenteram, senang à perilaku benar, baik.
• Memusatkan pada perilaku sekarang dan mengabaikan masa lampau
• Menolak transferen à konselor menangani klien pada basis person to person dan tidak membiarkan klien memposisikan konselor sebagai orang lain (o tua, guru, figur otorita)
• Menekankan pada kesadaran
• Proses konseling = proses pembelajaran (konselor sebagai pendidik), bukan proses penyembuhan
– Counseling is a matter of learning how to solve problems – teaching client to become their own counselors




D. PROSES KONSELING
1. Fokus: Mencegah problem sebelum ia terjadi
2. Praktik: mengikuti 8 tahapan:
a. Membangun hubungan baik dg klien (becoming involved, rapport building)
b. Membantu klien menggambarkan perilaku saat sekarang
c. Membantu klien menilai perilakunya sendiri, apakah perilakunya membantunya mencapai apa yg ia inginkan
d. Membantu klien menemukan kemungkinan2 alternatif perilaku potensial
e. Membantu klien memilih alternatif dan membuat komitmen
f. Konselor dan klien memeriksa hasil komitmen
g. Konselor meneraqpkan konsekuensi logis
h. Penerapan preserveransi (kesungguhan, ketekunan)


PROSES KONSELING




E. TEHNIK KONSELING
1. Be involved
2. Get a commitmen
3. Strukturing
4. Konfrontasi
5. Kontrak
6. Instruksi
7. Pertanyaan terampil
8. Menekanklan pada pilihan
9. Bermain peran
10. Dukunga (support)
11. Debat konstruktif
12. Humor
13. Self-disclosure





KONSELING PSIKOANALISA

A. Tokohnya : SIGMUND FREUD
B. SIFAT DASAR MANUSIA
 Deterministik
1. Dikendalikan oleh dorongan2 instinktual bawaan, irasional, dan tidak disadari:
A. Instink hidup (eros) à libido (nafsu seksual)
B. Instink mati (tanatos) à agresi
2. Dorongan2 instinktual harus dipenuhi à jika tidak à ketegangan à kecemasan
3. Pemenuhan/penolakan dorongan merupakan hasil organisasi dinamis antara 3 struktur kepribadian (id, ego, super ego) à konflik intrapsikis
4. Id, ego, & superego bekerja di dalam struktur kesadaran: kesadaran, ambang sadar, bawah sadar
5. Kepribadian manusia dewasa telah terbentuk pada usia 5-6 th pertama kehidupan
 Perilaku ß kepribadian
 Kepribadian ß hasil dari proses mental tak disadari/konflik intrapsikis
Konflik antara 3 struktur kepribadian: is, ego, super ego
 Ke 3 struktur kepribadian berada dalam 3 area tingkat kesadaran:
1. Kesadaran (apa yg sedang kita persepsi)
2. Ambang sadar (ingatan peristiwa masa lalu)
3. Tidak sadar/bawah sadar (imej yg tak diterima norma)


B. PERKEMBANGAN PRILAKU MENYIMPANG

1. Gejala perilaku menyimpang bervariasi menurut pemenuhan dorongan seksual pada tahapan perkembangan psikoseksual
2. Gangguan perilaku disebabkan oleh:
a. Fiksasi pada tahapan perkembangan
b. Frustrasi krn tak terpenuhinya dorongan
c. Penggunaan mekanisme pertahanan ego yg tidak tepat untuk menangani kecemasan dalam proses pemenuhan dorongan
d. Terlalu banyak dorongan yg tak terpenuhi dan ditekan ke alam bawah sadar (menjadi kompleks terdesak)

C. TUJUAN KONSELING
Tujuan final bukan untuk menghilangkan gejala, tetapi melakukan rekonstruksi total thd kepribadian dg cara membantu klien menyadari aspek2 yg tak disadari dg cara:
1. membawa materi2 bawah sadar ke kesadaran
2. Memperkuat fungsi ego sehingga individu dapat mengendalikan dorongan2 seksual dan agresif yg tak tepat
3. Mengintegrasikan kembali pengalaman2 masa lampau yg telah tertekan di alam bawah sadar ke dalam struktur kepribadian toatal

D. PROSES KONSELING
1. Konselor bertindak sebagai analis yang aktif
2. Mendorong klien berceritera ttg apa saja yg ada di benaknya, khususnya pengalaman2 masa kanak2
3. Mendorong transferen dg membiarkan klien memproyeksikan konflik2 tak terpecahkan, perasaan, dan pengalaman2 kepada analis

E. TUJUAM KONSELING
 TUJUAN KONSELING:
Ketidak sadaran kesadaran
 Motivasi diskusi, analisis,
 Perilaku instinktif interpretasi
 pengalaman/konflik2 masa lampau
 Pertahanan ego
 Resistansi

link antara past & present Insight


Full emotional growth Motivasi &
Perilaku sadar

SEHAT

F. METODE DAN TEHNIK UTAMA
1. Asosiasi bebas
Mendorong klien mengungkapkan apa saja yg ada di benaknya
2. Analisis impian
Menginterpretasikan makna terselubung dari impian2 klien
3. Analisis transferen
Menemukan motivasi klien ketika ia mulai merespons konselor sebagai (menggantikan) orang dekat dalam kehidupannya
4. Analisis resistansi
Mengungkap upaya tidak sadar klien ketika ia menolak bantuan dari konselor


KONSELING RASIONAL – EMOTIF

A. TOKOHNYA : Albert Ellis
B. SIFAT DASAR MANUSIA
1. Manusia memiliki kemampuan untuk berpikir rasional; namun, manusia pd dasarnya irasional yg senang menyalahkan diri
a. Bbrapa bentuk pikiran irasional bersifat biologis (bawaan) tetapi mayoritas berasal dari pola pengasuhan
b. 3 bentuk pikiran irasional: “saya harus sempurna” “orang lain harus sempurna” “lingkungan harus menjadin tempat yg sempurna”
2. Memiliki dorongan bawaan untuk mengaktualisasikan diri
3. Memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menjaga dirinya agar tidak mengalami tekanan: dpt mengontrol pikiran, sikap, dan tindakan
4. Manusia memiliki pilihan: dapat mrancang hidup sesuai dengan arahan/keinginan sendiri
5. Baik buruknya orang ditentukan oleh caranya mempersepsi lingkungan dan menggunakan sistem keyakinan irasionalnya untuk merespon lingkungan
6. Secara natural, manusia dpt menolong dan mencintai jika mereka tdk berpikir secara irasional

C. PERKEMBANGAN GANGGUAN PRILAKU
1. Orang mengalami gangguan perilaku karena:
a. Tidak realistis, tidak menerima diri à mengejar kesempurnaan; atau menerima diri secara kondisional : “Jika saya gagl, maka saya orang tak berguna”
b. Menerapkan cara berpikir irasional
c. Tidak mendapatkan asuhan yg benar ketika masa kanak2 à gangguan = fungsi (kecenderungan bawaan x pikiran irasional x pengalaman)
2. Bentuk gangguan emosional:
a. Kegelisahan (discomfort anxiety) à kesulitan situasional
b. Kecemasan ego à muncul ketika merasa terancam

D. TUJUAN KONSELING
1. Membantu individu untuk memperoleh keterampilan untuk mengubah sistem keyakinan (pola pikir) irasional
2. Memfasilitasi klien mengembangkan filosofi hidup yang rasional

E. PROSES KONSELING
Secara umum, konsleinmg berjalan melalui tahap2 berikut:
1. Konselor membantu klien mengidentifikasi pola2 pikir irasional
2. Konselor mengajar klien ttg cara2 memodifikasi pikran irasional menjadi rasional
3. Konselor memfasilitasi klien untuk menerapkan cara2 berpikr rasional dalam situasi yg sebenarnya dalam kehidupan seharfi-hari
F. TEHNIK KONSELING
1. Menggunakan banyak teknik, berasal dari REBT sendiri dan dipinjam dari pendekatan lain
2. Salah satu yg utama adalah: menantang keyakinan irasional klien, melalui 4 bentuk:
a. Logical disputes
b. Emperical disputes
c. Functional disputes
d. Rational alternatif belief


KONSELING BERPUSAT PADA PRIBADI
A. TOKOHNYA : Carl Rogers
B. DAFINISI
1. Konseling berpusat pada pribadi – dikenal juga dg konseling berpusat pada klien, atau konseling non direktif, atau konseling Rogerian – merupakan suatu pendekatan konseling yg menekankan pada tanggung jawab proses perlakuan pada klien, dan konselor mengambil peran non direktif.
2. Dikembangkan oleh Carl Rogers – ahli spikologi USA – pada tahun 1930-an

C. SIFAT DASAR MANUSIA
1. Makhluk yg rasional, realistis, dapat dipercaya, mempu mengarahkan diri
2. Memiliki kecenderungan dasar untuk mengaktualisasikan diri
3. Emosi2 negatif dan anti sosial sebagai hasil dari impuls-impuls dasar yg tak tersalurkan
4. Jika diberi lingkungan yg tepat maka, manusia:
a. Mampu untuk mengekspresikian diri dan meneysuiakan diri dg lingkungan sosialnya
b. Mampu mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri
c. Mampu menangani perasaan, pikiran, & perilakunya
d. Mengaktualisasikan diri
e. Dapat memilih apa yg baik untuk dirinya sendiri termasuk nilai2
D. PERKEMBANGAN GANGGUAN PRILAKU
1. Klien mengalami gangguan perilaku jika kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri mendapatkan hambatan dari lingkungan/lingkungan tidak menyajikan iklim yg kondusif bagi pertumbuhan klien
2. Klien terlalu sering mengingkarai atau membiaskan pengalaman/realitas untuk melindungi diri (konsep diri)
3. Klien merasa tidak dimengerti/diterima, tidak dihargai, dan dibohongi oleh lingkungannya

E. TEORI KONSELING
1. Teori dasar: fenomenologis
2. Perilaku klien dipengaruhi oleh persepsi subyektif (kerangka acuan internal) thd lingkungan
3. Persepsi2 membentuk konsep diri
4. Untuk dapat berkembang dengan sehat dan mengaktualisasikan diri, klien harus membentuk persepsi subyektif yg sama dengan realitas eksternal
5. Jika realitas tidak sesuai dengan konsep diri à konsep diri terancam à individu membuat peratahanan à pengingkaran & pembiasan realita
6. Konselor dapat membantu klien mengubah perilakunya, jika ia dapat menciptakan iklim yg aman/kondusif bagi pertumbuhan dg cara:
a. Mengkomunikasikan pemahaman yg empatik terhadap kerangvka acuan internal klien
b. Mengkomunikasikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien
c. Mengkomunikasikan ketulusan atau kesungguhan untukmenolong klien
F. PROSES KONSELING
Konselor rogerian yg efektif harus memiliki:
a. mengekspresikan keterbukaan
b. Memperlihatkan pemahaman yg empatik
c. Mengekspresikan kemandirian
d. Memperlihatkan spontanitas
e. Dapat Menerima klien apa adanya
f. Mengkomunikasikan respek pada klien
g. Mengembangkan hubungan yg akarb dan hangat dg klien

G. TUJUAN KONSELING
1. Meningkat self-esteem dan keterbukaan yg lebih besar terhadap pengalaman
Mempersempit jarak antara self-ideal dan self real, atau antara konsep diri ideal dan konsep diri riil
2. Mendorong pemahaman diri, penerimaan diri, dan perwujudan diri (aktualisasi diri)

H. TEHNIK KONSELING
1. Tidak menggunakan teknik khusus pengubahan perilaku
2. Mengandalkan pada kemampuan konselor untuk mengkomunikasikan:
a. Kongruensi (keaslian) à konselor dpt menjaga identitas dirinya dan menyatakan identitasnya itu kepad klien;
b. Penghargaan positif tanpa sarat (respek) à konselor menerima klien sebagai pribadi yg memiliki potensi untuk menjadi baik, rasional,dan mandiri;
c. Empati à dapat memahami perasaan, pikiran, dan tindakan klien (dapat memahami kerangka referensi internal/sudut pandang klien)
3. Sikap2 konselor tsb mrpk kondisi yg mencukupi untuk mendorong perubahan perilaku klien
4. Sikap-sikap tsb dikomunikasikan melalui:
Respon mendengarkan (mendengarkan dengan aktif) : klarifikasi, parafrase, refleksi, rangkuman


Share:

Bimbingan dan Konseling MTs NURUL HUDA WADENG

TEHNIK DASAR KONSELING TRAUMATIS
A. RASIONAL
Risiko psikologis yang dialami oleh individu yang mengalami kehilangan sumber daya yang bernilai seperti kehilangan orang yang dicintai, harta benda yang dimiliki, hubungan sosial dan komunitas atau kehilangan pegangan hidup yang menyebabkan stress dan trauma.
Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik dapat menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah. Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibatkan apa yang disebut deprivasi sosial (social deprivation).

Tujuan Umum
Tujuan model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah menurunkan gejala kecemasan pasca trauma (PTSD) dengan menjalani berbagai jenis permainan kelompok baik in-bond mupun out-bond.
Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan yang dapat dicapai model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah membantu anak dengan pengalaman traumatik untuk: (1) menghilangkan bayangan traumatis; (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara lebih rasional; (3) membangkitkan minat terhadap realita kehidupan; (4) memulihkan rasa percaya diri; (6) memulihkan kelekatan dan keterkaitan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian; (6) kepedulian emosional serta mengembalikan makna dan tujuan hidup.
C. RUANG LINGKUP DAN SASARAN
Sasaran yang menjadi target layanan model ini adalah mereka yang mengalami gangguan kecemasan pasca trauma dengan indikator sebagai berikut:
Dibayangi peristiwa traumatis
Berpikir negatif
Merasa tidak berdaya
Emosional
Mengisolasi diri
Merasa harapan masa depan rendah
D. DASAR DAN ASUMSI
Bencana Tsunami memberi dampak luas bukan saja pada trauma psikologis pada aspek fisik, tetapi juga pada aspek perilaku, emosional, psikologis dan bahkan psikososia green)
Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik akan menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah (irreversible). Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibat apa yang disebut deprivasi sosial (Social Deprivation)
Pengabaian terhadap pengalaman traumatik dan deprivasi sosial pengaruhnya dapat diteruskan secara psikososial bukan saja pada dirinya sendiri tetapi juga kepada masyarakat, dan generasi berikutnya melalui keluarga dan anak cucu mereka.
E. PENDUKUNG SISTEM LAYANAN
Komponen pendukung sistem merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan pelaksanaan program konseling.
Serangkaian kegiatan manajemen tersebut, adalah: mengembangkan program, mengembangkan staf, penataan kebijakan, dan penyediaan sarana pendukung.

Konseling dan terapi dengan menggunakan permainan telah digunakan secara luas dan mendapatkan dukungan dari para ahli.Hampir semua ahli terapi telah menggunakan permainan sebgai bagian dari proses terapi.
Permainan, baik tradisional maupun non-tradisional telah digunakan sebagai salah satu modus terapi permainan kelompok
Konseling kelompok dapat menggunakan permainan sebagai modus dalam membantu penanganan anak dengan kecemasan pasca trauma
F. PERAN KONSELOR
Peranan konselor seyogyanya mencakup sebagai perancana, pelaksana, dan sekaligus penilai program bimbingan-konseling, termasuk dalam pelaksanaan program konseling kelompok bagi anak dengan pengalamn traumatis ini. Secara khsusus, peranan konselor dalam program konselirng ini adalah mendorong peserta untuk melakukan aktivitas permainan dalam seting kelompok, sehingga mereka dapat mengalami dan merefleksikan pengalamannya. Untuk itu, peranan konselor dalam program konseling ini adalah sebagai pemimpin kelompok, fasilitator, dan reflektor.
G. PROSEDUR PELAKSANAAN
Mekanisme Pengorganisasian
Mekanisme pengorganisasian kegiatan konseling bagi anak dengan pengalaman traumatik menggunakan APPLE Facilitation model yang mengacu pada lima langkah yakni a) Assement b) Plan; c) Prepare; d) Lead; e) Evaluate.

. Mekanisme Konseling
Mekanisme proses konseling menggunakan model konseling kelompok. Langkah yang ditempuh terbagi atas empat tahap yaitu: a) awal, b) transisi, c) kerja dan d) terminasi.

.. Mekanisme Konseling
Mekanisme proses konseling menggunakan model konseling kelompok. Langkah yang ditempuh terbagi atas empat tahap yaitu: a) awal, b) transisi, c) kerja dan d) terminasi.


Populasi dan sasaran
Populasi yang menjadi sasaran pelaksanaan program traumatik konseling adalah anak-anak yang memiliki gangguan kecemasan pasca trauma yang diungkap melalui daftar cek masalah dan angket Kriteria Diagnostik PTSD. Dari daftar cek masalah terungkap bahwa kelompok sasaran menunjukkan gejala gangguan pada aspek fisik (physical fatigue), emosi (emotional fatigue), mental (mental fatigue), perilaku (behavioral fatigue), spiritual (spiritual fatigue).

H. EVALUAS
Evaluasi program akan berhasil dengan baik jika direncanakan dan dikembangkan sejak awal dimulainya program dan selama program berlangsung, bukan hanya setelah program selesai dilaksanakan. Dengan demikian, evaluasi program meliputi evaluasi proses implementasi (dinamika implementasi) dan evaluasi hasil (perubahan perilaku).







Share:

Popular Posts

Recent Posts