Konseling Traumatis II

TEKNIK DASAR DAN APLIKASI KONSELING PASCA-TRAUMA


A. Rasional
Risiko psikologis yang dialami oleh individu yang mengalami kehilangan sumber daya yang bernilai seperti kehilangan orang yang dicintai, harta benda yang dimiliki, hubungan sosial dan komunitas atau kehilangan pegangan hidup yang menyebabkan stress dan trauma.
Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik dapat menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah. Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibatkan apa yang disebut deprivasi sosial (social deprivation).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah menurunkan gejala kecemasan pasca trauma (PTSD) dengan menjalani berbagai jenis permainan kelompok baik in-bond mupun out-bond.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan yang dapat dicapai model konseling kelompok bagi anak dengan pengalaman traumatis ini adalah membantu anak dengan pengalaman traumatik untuk: (1) menghilangkan bayangan traumatis; (2) meningkatkan kemampuan berpikir secara lebih rasional; (3) membangkitkan minat terhadap realita kehidupan; (4) memulihkan rasa percaya diri; (6) memulihkan kelekatan dan keterkaitan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian; (6) kepedulian emosional serta mengembalikan makna dan tujuan hidup.

C. Ruang Lingkup dan Sasaran
Sasaran yang menjadi target layanan model ini adalah mereka yang mengalami gangguan kecemasan pasca trauma dengan indikator sebagai berikut:
1. Dibayangi peristiwa traumatis
2. Berpikir negatif
3. Merasa tidak berdaya
4. Emosional
5. Mengisolasi diri
6. Merasa harapan masa depan rendah

D. Asumsi Dasar
1. Bencana Tsunami memberi dampak luas bukan saja pada trauma psikologis pada aspek fisik, tetapi juga pada aspek perilaku, emosional, psikologis dan bahkan psikososia green)
2. Kegagalan coping dan adaptasi terhadap pengalaman traumatik akan menimbulkan efek bola salju yang luas dan mendalam, berjangka panjang dan mungkin tidak dapat diubah (irreversible). Bahkan pada bentuknya yang ekstrim akan mengakibat apa yang disebut deprivasi sosial (Social Deprivation)
3. Pengabaian terhadap pengalaman traumatik dan deprivasi sosial pengaruhnya dapat diteruskan secara psikososial bukan saja pada dirinya sendiri tetapi juga kepada masyarakat, dan generasi berikutnya melalui keluarga dan anak cucu mereka.
4. Konseling dan terapi dengan menggunakan permainan telah digunakan secara luas dan mendapatkan dukungan dari para ahli.Hampir semua ahli terapi telah menggunakan permainan sebgai bagian dari proses terapi.
5. Permainan, baik tradisional maupun non-tradisional telah digunakan sebagai salah satu modus terapi permainan kelompok
6. Konseling kelompok dapat menggunakan permainan sebagai modus dalam membantu penanganan anak dengan kecemasan pasca trauma

E. Pendukung Sistem Layanan
1. Komponen pendukung sistem merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk memantapkan dan meningkatkan pelaksanaan program konseling.
2. Serangkaian kegiatan manajemen tersebut, adalah: mengembangkan program, mengembangkan staf, penataan kebijakan, dan penyediaan sarana pendukung.

F. Peran Konselor
Peranan konselor seyogyanya mencakup sebagai perancana, pelaksana, dan sekaligus penilai program bimbingan-konseling, termasuk dalam pelaksanaan program konseling kelompok bagi anak dengan pengalamn traumatis ini. Secara khsusus, peranan konselor dalam program konselirng ini adalah mendorong peserta untuk melakukan aktivitas permainan dalam seting kelompok, sehingga mereka dapat mengalami dan merefleksikan pengalamannya. Untuk itu, peranan konselor dalam program konseling ini adalah sebagai pemimpin kelompok, fasilitator, dan reflektor.

G. Prosedur pelaksanaan
1. Mekanisme Pengorganisasian
Mekanisme pengorganisasian kegiatan konseling bagi anak dengan pengalaman traumatik menggunakan APPLE Facilitation model yang mengacu pada lima langkah yakni a) Assement b) Plan; c) Prepare; d) Lead; e) Evaluate
2. Mekanisme Konseling
Mekanisme proses konseling menggunakan model konseling kelompok. Langkah yang ditempuh terbagi atas empat tahap yaitu: a) awal, b) transisi, c) kerja dan d) terminasi.
3. Proses Permainan Kelompok
Pelaksanaan permainan kelompok menggunakan Metode Socratic (Socratic method). Metode ini menggunakan empat langkah kegiatan yaitu; a) Eksperientasi (Experience); b) Identifikasi (Identify); c)Analisis (Analize); d) Generalisasi (Generalize).


H. Populasi Sasaran
Populasi yang menjadi sasaran pelaksanaan program traumatik konseling adalah anak-anak yang memiliki gangguan kecemasan pasca trauma yang diungkap melalui daftar cek masalah dan angket Kriteria Diagnostik PTSD. Dari daftar cek masalah terungkap bahwa kelompok sasaran menunjukkan gejala gangguan pada aspek fisik (physical fatigue), emosi (emotional fatigue), mental (mental fatigue), perilaku (behavioral fatigue), spiritual (spiritual fatigue).

I. Evaluasi Program
Evaluasi program akan berhasil dengan baik jika direncanakan dan dikembangkan sejak awal dimulainya program dan selama program berlangsung, bukan hanya setelah program selesai dilaksanakan. Dengan demikian, evaluasi program meliputi evaluasi proses implementasi (dinamika implementasi) dan evaluasi hasil (perubahan perilaku).

J. Jenis Permainan
Jenis Permainan Kelompok bagi Anak Berpengalaman Traumatik
(In-Bond dan Out-Bond)
Sesi Awal (Forming)
• Papan Nama
• Perkenalan Berantai
• Pembentukan Kelompok
• Penetapan struktur kelompok
• Pohon Harapan

Sesi Transisi (Storming)
• Rebut Bendera
• Yel-yel dan Mars kelompok
• Norma-Norma Kelompok

Sesi Transisi (Norming)
• Susun Baris
• Holahoop
• Trsut Circle
• Trust Fall
• Benang Kusut
Share:

No comments:

Popular Posts

Recent Posts